NU_Makna Spiritual Kiamat Kiamat Perspektif Ahli Syariah

KORAN REPUBLIKA — Kiamat dalam perspektif syariah (baca: ahli fikih) ialah hancur luluhnya seluruh alam ciptaan Tuhan dan musnahnya seluruh makhluk hidup pada saat ditiupnya sangkakala pertama. Sebelum peniupan sangkakala diawali dengan munculnya kejadian-kejadian aneh yang diistilahkan dengan tanda-tanda kiamat kecil (al-‘alamah al-shugra), lalu disusul dengan peristiwa-peristiwa dahsyat dan mengerikan (al-‘alamat al-kubra) sebagaimana dijelaskan dalam artikel terdahulu.
Dalam kitab-kitab kuning di pondok pesantren sudah diperkenalkan sejumlah ayat dan hadis yang menceritakan tanda-tanda hari kiamat, peristiwa hari kiamat, sampai kepada hari kebangkitan (al-yaum al-mi’ad). Hal yang menarik, di dalam kitab-kitab tersebut disebutkan kiamat sudah sangat dekat. Dalam satu riwayat dijelaskan, ketika Nabi mi’raj ia diperlihatkan seorang nenek tua bangka berjalan terhuyung-huyung yang masih bersolek dengan norak. Nabi bertanya kepada Jibril: “Siapa nenek ini?” Dijawab oleh Jibril: “Itu perumpamaan umur bumi yang sudah sangat tua, tetapi masih bersolek.” Kejadian itu disaksikan Nabi 1400 tahun lalu, bagaimana sekarang?
Dalam riwayat lain, Abi Said al-Khudari menjelaskan bahwa Nabi pernah bersabda: “Bagaimana aku bisa hidup tenang di dunia ini, sementara malaikat peniup sangkakala sudah memasukkan terompet itu di mulutnya. Dia menunggu komando dari Tuhan kapan ditiup maka ia akan segera meniupnya.” (HR Tirmidzi).
Di dalam Alquran peristiwa besar ini dijelaskan di dalam sejumlah ayat antara lain “Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan, yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.” (QS an-Naba’ [78]:17-20).
“Maka mereka ditimpa akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang lalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri.” (QS az-Zumar [39]:51).
“Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling Arasy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.’ (QS az-Zumar [39]:51).
“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (QS Yasin[36]: 51). Maka apabila sangkakala ditiup sekali dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.” (QS al-Haqah [69]:13-14).
Setelah sangkakala pertama ditiup yang menyebabkan matinya seluruh makhluk hidup dan hancurnya alam semesta, disusul lagi dengan hari kebangkitan di mana seluruh makhluk bernyawa dihimpun kembali bagian-bagian tubuh mereka yang sudah rusak kemudian ruhnya dikembalikan, selanjutnya saat perjalanan ke Padang Makhsyar, yang dilukiskan sebuah lapangan luas yang sangat mencekam, di mana jarak antara manusia dan matahari hanya terpaut satu siku. Dalam berbagai riwayat hadis diceritakan, sebagian manusia berenang di atas keringat dalam waktu yang sangat panjang.
Di sela-sela teriknya Padang Makhsyar ada tujuh peristirahatan yang diperuntukkan kepada imam atau pemimpin yang adil, anak yang besar di dalam lingkungan masjid, orang yang menyumbang tangan kanan tanpa ketahuan tangan kirinya, seorang pemuda diajak lawan jenisnya berzina, tetapi menolak karena takut kepada Allah SWT, dan orang yang selalu hatinya bergantung pada masjid.
Di tengah terik matahari yang membakar selama sekian panjang, terbentuklah delegasi untuk meminta Nabi Adam sebagai nenek moyang manusia untuk menghadap Tuhan, terutama untuk mempertanyakan kapan perhitungan amal dimulai. Nabi Adam menolak karena takut sebab  semasa hidupnya pernah melanggar perintah Tuhan yang menyebabkan anak manusia jatuh ke bumi.
Delegasi berikutnya datang ke Nabi Nuh sebagai bapak manusia kedua, seperti kita ketahui manusia yang selamat pada era Nabi Nuh hanya mereka yang naik di perahunya. Nabi Nuh juga menolak karena takut sebab pada masa hidupnya pernah mendoakan umatnya binasa. Delegasi kemudian menemui Nabi Ibrahim, tetapi ia juga menolak karena ia merasa pernah membohongi umatnya ketika ia ditanya siapa yang membabat berhala-berhala di kompleks peribadatan, ia menjawab: “itu yang paling besar” sambil menunjuk berhala paling besar yang sudah dikalungi kapak.
Delegasi menemui Nabi Isa AS, sebagai sahabat Allah SWT (al-khalil Allah), ia juga menolak karena takut karena tiba-tiba dijadikan sebagai anak Tuhan. Terakhir delegasi menjumpai Nabi Muhammad SAW, lalu beliau  menjawab: “Memang akulah yang hanya bisa menghadap Allah SWT pada hari dahsyat ini.”
Kebanyakan ulama syariah berpendapat yang dibangkitkan di akhirat nanti ialah badan dan ruh manusia atas izin dan kuasa Allah SWT. Jika Allah SWT kuasa menciptakan dari tiada menjadi ada maka lebih gampang Ia menghidupkan kembali jasad yang sudah pernah ada. Di sinilah perbedaan antara ulama tarekat dan hakikat yang memiliki konsep hari kiamat dan hari kebangkitan tersendiri, sebagaimana akan dibahas dalam beberapa artikel mendatang.
Nasaruddin Umar
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Komentar

Postingan Populer