DENGAN ILMU, HIDUP MENJADI MUDAH


(Dimuat Di Harian Pontianak Post, 26 Juli 2016)


Ada satu pertanyaan retoris mengenai ilmu, apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Jelas jawabannya tidak sama. Ilmu membedakan kualitas seseorang dengan yang lainnya, ilmu membedakan cara kerja seseorang untuk mencapai tujuan. Orang yang berilmu akan mencari cara yang mudah untuk meraih sesuatu, meskipun tujuan sama tapi dapat dibedakan dari bagaimana cara melakukannya.
Kisah ringkas ini menggambarkan seorang yang belajar cukup lama untuk menyeberangi sungai. Seorang mencoba berjalan di atas sungai namun tenggelam, diulanginya lagi hampir tiap hari namun dengan hasil yang sama. Ia ingin dapat menyeberangi sungai dengan berjalan di atas air, satu hari ada seorang yang ingin menyeberangi sungai tetapi ia tidak mengikuti apa yang dilakukan orang pertama, dikejauhan dilihatnya ada perahu yang tertambat segera orang kedua menaiki perahu untuk menyeberangi sungai itu dan akhirnya tiba di daratan. Dua orang yang punya tujuan sama namun dengan strategi dan teknik yang berbeda sangat berpengaruh pada cepat lambatnya proses pencapaian tujuan. Jika orang yang pertama fokus pada pencapaian tujuan tanpa mengatur strategi, akan memakan waktu yang lama. Lain halnya dengan orang kedua yang juga fokus pada tujuan tetapi tetap memperhatikan startegi dan teknis pencapaian tujuan. Kondisi ini sering kita temui, disinilah salah satu pentingnya ilmu. Bahkan dinyatakan, jika menyerahkan urusan pada yang bukan ahlinya, bukan pada person yang qualified, bukan pada orang yang tahu ilmunya maka tunggulah kebinasaannya, cepat atau lambat.
Saat tahun 80-an atau 90-an, alat komunikasi HP dan sejenisnya merupakan barang langka kalau ada hanya sebatas untuk komunikasi verbal, berkembang maju kemudian HP dilengkapi dengan kamera, terus dengan fasilitas layaknya tape recorder dan saat ini komunikasi verbal dan visual bise live meskipun dengan jarak ratusan bahkan ribuan kilometer. Ilmulah yang mendasari itu semua. Dengan ilmu hidup menjadi mudah dan sederhana.
Keberhasilan orang lain yang diperoleh dan yang disaksikan saat ini salah satunya adalah karena keseriusannya dalam meraih ilmu untuk menggapai cita-cita. Kita lihat dalam sejarah, bagaimana giatnya para ulama, orang-orang ‘alim dalam menuntut ilmu.
Dalam Manaqib Imam Ahmad karya Ibnu Jauzi diceritakan suatu ketika ada seseorang yang melihat Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah membawa wadah tinta. Lalu orang itupun bertanya, “Wahai Imam, Anda telah mencapai tingkatan yang tinggi (dalam ilmu) dan Anda adalah imamnya kaum muslimin, apakah Anda masih membawa wadah tinta?” Imam Ahmad berkata, “Bersama wadah tinta sampai kuburan”.
Imam Ibnul Mubarak juga pernah ditanya, “Sampai kapan Anda terus mencari ilmu?” Beliau menjawab, “Sampai mati, Insya Allah”.
Ada pesan yang cukup mendalam yang ingin disampaikan Imam Ahmad dalam jawabannya yang ringkas ini. Bahwa belajar, menuntut ilmu itu tidak memiliki dead line atau batas akhir bagi manusia melainkan kematian. Manakala seseorang sudah merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, merasa bangga dengan kemampuannya maka hakikatnya ia sedang akan berjalan di tempat. Imam Syafi’i pernah mengatakan jika engkau tidak mau merasakan letih dan capek dalam belajar maka rasakanlah kebodohan dan kesempitan hidupmu esok hari.
Ada satu hal yang harus diingat bahwa ilmu yang baik adalah yang bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain dan lingkungannya. Disinilah letaknya manfaatnya ilmu, yakni jika dengan ilmu yang dimilikinya mampu menerangi tempat gelap, menunjukkan orang yang tersesat, meluruskan apa yang bengkok, menjernihkan apa yang keruh dan mencairkan apa yang beku.  SEMOGA**.


Komentar

Postingan Populer