Agar Ramadhan Berkualitas

Oleh Sholihin H.Z.** (Ketua PC Pergunu Kota POntianak & Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Kalimantan Barat) Ramadhan 1445 H sudah kita mulai, bulan Sya’ban sudah berlalu. Allah SWT mengijabah doa dan permohonan kita lantunan doa, “Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab, Sya’ban dan sampaikan kami di bulan Ramadhan”. Hingga saat ini, belum ada jaminan bisakah kita full Ramadhan? Ataukah hanya setengahnya atau kurang dari itu? Sesungguhnya ada pertanyaan yang lebih mendasar dari sekedar bisakah kita Ramadhan yakni sudah siapkah kita dengan bekal amal shaleh setelah hidup ini. Sudah kita persiapkankah bekal kita saat mulai memasuki alam akhirat. Mudah-mudahan husnul khatimah. Setiap kita, ingin aktifitas ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Siapapun tidak berharap segala amal yang dilakukan hanya dipandang tanpa dinilai. Karena amal tanpa dinilai hanya akan menjadi tumpukan amal yang kita tidak tahu berapakah nilai amal kita. Beramal tanpa dinilai. Tulisan ini mengangkat tentang empat perkara yang menjadi prasyarat diterimanya segala amal kita sebagaimana dikutip dalam tanbighul ghafilin (h. 8). Pertam, Ilmu. Ilmu menjadi pondasi dasar diterimanya amal seseorang. Sesungguhnya satu amal tidak akan bernilai shohih kecuali karena didasari oleh ilmu. DIsinilah pentingnya majlis-majlis ilmu, halaqah keagamaan dan sebagainya. Seseorang yang berilmu dalam beramal akan beda nilainya dengan orang yang beramal tanpa ilmu. Ilmu juga menjadi hal pertama yang diajarkan Allah SWT usai menciptakan Adam dan dengan ilmu (dan iman) Allah nyatakan akan berikan kedudukan istimewa pada yang bersangkutan. Bahkan disebutkan suatu amal yang dilakukan tanpa ilmu akan lebih banyak mendatangkan mafsadat daripada mashlahah. Prasyarat kedua adalah niat. Lurus dan benarnya niat kadang lebih cepat sampai daripada amal itu sendiri. Puasa Ramadhan menjadikan niat sebagai faktor utamanya, karena didasari oleh niat yang berbeda dan tidak semestinya, betapa banyak mereka yang puasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Seluruh ketaatan tidak membawa nilai shohih kecuali di dalamnya ada niat karena Allah SWT. Puasa adalah ibadah sirr, tersembunyi dan rahasia. Saat berkumur siang Ramadhan kita tidak tahu apakah air yang dikumurkannya keluar atau tidak, kita tidak tahu. Tetapi mengapa tidak dilakukan karena merasa dekatnya kehadiran Allah yang Maha Mengawasi. Prasyarat ketiga diterima amal adalah sabar. Sabar bermakna tenang dan konsentrasi dalam melaksanakan satu amalan. Termasuk kategori ini adalah sabar dalam melaksanakan ibadah puasa. Sabar untuk menunggu berbuka, sabar untuk tidak berghibah, sabar untuk menjaga panca indera dan sebagainya. Prasyarat keempat adalah ikhlas. Inilah puncak seluruh aktifitas kita. Orang yang berilmu akan celaka kecuali orang yang mengamalkan ilmunya, orang yang mengamalkan ilmunya akan celaka kecuali orang yang ikhlas dan orang yang ikhlas dalam bahaya. Ikhlas sebagai puncak amal menjadi tuntutan bagi manusia dalam beraktifitas. Ikhlas akan melahirkan manusia yang bermindset jika berhasil tidak sombong dan jika gagal tidak putus asa. Ikhlas melahirkan insan yang tidak jumawa saat dipuja dan tidak duka kala dicerca. Melaksanakan ibadah semata ketaatan kepada Allah akan menangkat derajat seseorang pada kedudukan dimuliakan Allah. Berikhlas menjadi perintah agama sebagaimana ditemukan dalam Qs. Al Bayyinah: 5. Ramadhan menjadi momentum untuk peningkatan amaliah spiritual kita. Karena puasa adalah ibadah yang tidak kasat mata. Ini mengajarkan kepada kita hendaknya Ramadhan menjadi kesempatan untuk olaha rasa dan batin kita. Ramadhan mengingatkan betapa tarawih dengan menjadi media menghidupkan malam-malam Ramadhan. Betapa mulianya Ramadhan yang didalamnya diturunkan al Quran mengajak kita untuk ikut menjadi mulia dengan apa dan siapa yang dimuliakan Allah. Ramadhan mengajarkan kita untuk menjaga lisan dan panca indera agar berada dalam koridor fal yaqul khairon aw lishmut (bicara yang baik atau diam). Ramadhan adalah bulan pengelolaan qalbu (hati) dan charge keimanan kita. Dalam Kitab Al Hikam dimaktubkan, “Tidak dapat dianggap sedikit, amal yang dilakukan dengan hati yang zuhud dan tidak dapat dianggap banyak, amal yang dilakukan oleh yang cinta dunia.” Selamat Menghidupkan Ramadhan. Semoga*(1706) ------------------------------

Komentar

Postingan Populer