NU_Jangan Putus ASA
JANGAN PERNAH PUTUS ASA
RMOL
— Al-qur’an berkali-kali menegaskan kita agar jangan pernah putus asa. Di
antaranya yang paling tegas ialah: “La
taqnathu min rahmat Allah” (Dan jangan pernah
putus asa terhadap rahmat Allah). Putus asa bisa disebabkan karena keinginan
hidup tidak pernah tercapai. Bisa juga karena over loadeddari beban dosa dan
kesalahan yang menumpuk di dalam diri. Tentang kekecewaan karena keinginan
hidup tidak pernah terwujud sesungguhnya seringkali lebih merupakan kekeliruan
persepsi ketimbang kenyataan sesungguhnya. Jika seorang memahami arti hidup
dan filosofi kehidupan, maka seharusnya kekecewaan itu tidak pernah terjadi.
Bukankah Allah Swt Maha Adil? Sekaya apapun dan setinggi apapun jabatan
seseorang, tidak selamanya hidup mereka tersenyum. Sebaliknya semiskin apapun
dan sesederhana apapun seseorang, tidak selamanya hidup mereka menangis. Tawa
dan tangis milik setiap orang tanpa dibedakan kelas sosial-ekonomi. Bahkan
sangat boleh jadi justru orang kaya dan pejabat lebih banyak dirundung duka
ketimbang orang miskin. Resep hidup yang ditawarkan Al-Qur’an sangat singkat:
“Wa qili’malu fa sayarallahu ‘amalakum”(Berkaryalah, nanti
Allah menunjukkan hasil karyanya).
Demikian
pula soal beban dosa dan rasa bersalah. Al-Qur’an mengingatkan kita: “Wal
tandhur nafsun ligadin!” (Tataplah hari esoknya!)
tanpa pernah terbebani beban masa lampau. Serahkan diri sepenuhnya kepada Allah
Swt lalu beranilah menempuh jalan baru kehidupan yang lebih bermakna. Tidak
ada dosa besar jika yang datang Tuhan Yang Maha Besar (Allahu Akbar). Sebesar
apapun dosa seseorang pengampunan-Nya jauh lebih besar.
Dalam sebuah riwayat
diceritakan ada seorang pemuda yang malang melintang hidupnya selalu
tenggelam di dalam doa dan kemaksiyatan. Masyarakat mengekstradisi pemuda ini
ke luar perkampungan warga. Dalam keadaan lemah si pemuda ini merenungi
nasibnya di tepi sebuah telaga. Ia menyaksikan ada seekor anjing kehausan dari
tadi berusaha untuk menggapai air telaga tetapi terlalu dalam untuk dicapai
bagi seekor anjing. Akhirnya si pemuda ini didorong rasa iba, ia membuka
sepatunya lalu mengambil air dari telaga itu, kemudian diberikan kepada anjing
itu. Ia senang sekali menyaksikan anjing itu minum dengan begitu lahapnya dari
air yang ada di dalam sepatu pemuda itu. Mendengar cerita ini maka Nabi mengomentari
bahwa pemuda itu kelak adalah penghuni syurga.
Pelajaran
penting dari cerita yang dikisahkan dalam hadis ini menunjukkan kepada kita bahwa
dosa sebanyak apapun dan sebesar apapun jika disadari, lalu diimbangi dengan
perbuatan baik, baik terhadap sesama maupun makhluk hidup Tuhan lain seperti
anjing yang baru saja ditolong pemuda tadi, akan menuai ampunan Tuhan.
Pengampunan Tuhan seperti yang ditujukan kepada pemuda tadi disebabkan karena
si pemuda itu menyadari seluruh dosa dan kesalahannya. Ia tidak frustrasi
terhadap pengampunan Tuhan dan ia pun mengganti perbuatan jahatnya dengan
perbuatan baik, meskipun itu baru dilakukan kepada binatang. Apa yang dilakukan
pemuda itu sesungguhnya itulah yang disebut dengan tawwab (shifting).
Nasaruddin Umar
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Komentar
Posting Komentar