Khutbah Idul Fithri 6 Juli 2016/ 1437 H/


JANGAN BERHENTI PADA FORMALITAS AGAMA
(Disampaikan dalam Khutbah Idul Fithri 6 Juli 2016/ 1437 H di Masjid Ikhwanul Mukminin Sui. Raya Pontianak) 




الله اكبر… الله اكبر… الله اكبر… لااله الاالله
والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
َاللهُ اكبَر كَبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا, لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه, مُخلِصِينَ لَه
 الدّ يْن, وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون, وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن, وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن, لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه, صَدَق ُوَعْدَه, وَنَصَرَ عبْدَه, وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه, لاالهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُ وَِللهِ الحَمْد
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، الحمد لله الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَا بَعْدُ


الله اكبر… الله اكبر… الله اكبر… لااله الاالله
والله اكبر الله اكبر ولله الحمد


Kaum Muslimin, Jamaah Sholat Idil Fithri Rahimakumullah

Tiada kata yang pantas untuk mengawali setiap ucapan kita selain hendaknya kita senantiasa memuji dan memuja Allah SWT. Senantiasa bersyukur dengan sepenuh hati atas berbagai nikmat yang diberikan-Nya kepada kita. Salah satu alasan mengapa kita harus bersyukur adalah karena kita masih diizinkan Allah Ta’ala untuk menyelesaikan Ramadhan pada tahun ini dan duduk bersama di pagi ini, berzikir bersama, dengan harapan semoga Allah SWT menerima tarawih kita, tadarrus dan zikir kita, zakat fitrah dan zakat mal kita dan kita dipertemukan Allah Ta’ala menemui Ramadhan tahun yang akan datang. AYR.
Coba kita renungkan, berapa banyak saudara2 kita, orang2 yang kita cintai, orang2 yang kita kasihi yang hari ini tidak bisa bersama-sama kita tuk selamanya, Allah Ta’ala berkehendak lain, Ia telah menjemput makhluk-Nya yang mudah-mudahan akhirnya dalam keadaan husnul khatimah.
Sebagai bentuk wujud penghambaan diri kita, mari kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT dengan senantiasa berzikir, berfikir dan memperbanyak amal shaleh kita. Semoga Allah SWT menerima
amaliah Ramadhan kita tahun ini dengan  ucapan  taqabbalallahu 
Salam teriring sholawat semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, penuntun manusia menjalani kehidupan dengan akhlaknya yang mulia, Muhammadur Rasulullah SAW, semoga kita mendapatkan syafaatnya. Amin Ya Mujibass Sailin.

الله اكبر… الله اكبر… الله اكبر… لااله الاالله
والله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Kaum Muslimin Rahimakumullah
Hari ini di seluruh nusantara, bahkan berbagai pelosok belahan bumi ini bergema, menggelora dan membahana ucapan-ucapan takbir, tahmid dan tahlil.  Allahu Akbar 3x –  Lailahaillallah Wallahu Akbar – Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Satu ucapan yang ringan dilidah tapi berat di mizan.
Satu ucapan yang mudah diucapkan namun mampu membuka pintu-pintu kasih sayang-Nya Allah SWT.
Satu ucapan yang sederhana kedengarannya di hadapan manusia tapi yakinlah saat ini Allah SWT membanggakan kita manusia dihadapan para malaikat-Nya. Saksikanlah wahai penghuni langit dan seluruh makhluk-Ku, kata Allah, saat ini seluruh permukaan bumi sedangkan mengagungkan dan memuliakan-Ku. Dan kita, kaum muslimin, mudah2an termasuk yang dibanggakan Allah SWT. Luar biasa! Jika kita di dunia bangganya luar biasa jika nama kita disebut-sebut dengan sejumlah prestasi, Subhanallah, bagaimana jika nama-nama kita disebut-sebut Allah SWT dihadapan seluruh penghuni langit dan penghuni bumi. Allahu Akbar 3x walillahil hamd.

Kaum Muslimin
Sebulan kita melaksanakan ibadah puasa dengan suasana yang mulai terasa bahkan sejak bulan Rajab. Lebih kurang 14 jam kita menahan makan dan minum dan yang membatalkan puasa di siang harinya dan menghidupkan malamnya dengan tarawih, tadarus Quran, i'tikaf dan sebagainya. Dan aktifitas ini telah kita laksanakan sejalan dengan perjalanan usia kita, ada yang telah 10 tahun, 20 tahun, 30 bahkan ada yang mencapai 50 tahun telah melaksanakan puasa dan amaliah Ramadhan lainnya. Jika kita muhasabah dan introspeksi diri, sejauh mana telah mampu kita aplikasikan nilai-nilai Ramadhan, seberapa banyak telah kita serap makna Ramadhan dan sedekat apa kita kepada Allah SWT.
Sepertinya Islam di negeri kita mengalami perkembangan yang sangat paradoks. Jumlah muslimah yang memakai jilbab meningkat tetapi pada saat yang sama angka kehamilan di luar nikah juga kian bertambah. Setiap tahun kuota haji selalu kurang namun disisi lain, Indonesia masih dicap sebagai negara dengan tingkat korupsi yang membahayakan. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena kita baru sebatas melaksanakan ajaran agama secara formal, kita baru sebatas melaksanakan perintah tanpa memaknainya.  kita sangat lemah dalam memaknai gerakan sholat, mentransfer nilai-nilai puasa dalam keseharian dan tidak mampu menjadi penerang bagi masyarakat sekitar.


Kaum Muslimin!
Ramadhan tidak ubahnya seperti sebuah learning center (pusat pembelajaran), Ramadhan adalah bulan latihan. Ramadhan ibarat sebuah sekolah/madrasah. Madrasah Ramadhan. Di dalamnya kita dilatih untuk menjadi pribadi yang sehat, dididik menjadi manusia yang disiplin, ditempa menjadi orang yang mulia.
Setidaknya tiga klafisikasi umat kita dalam menerima kedatangan Ramadhan. Pertama, mereka yang gembira dengan datangnya Ramadhan sebagai syahrulmaghfirah (bulan ampunan), syahrul quran (bulan diturunkannya Al-Quran), syahrush shiyam dan sebagainya. Kelompok ini gembira dengan  hadirnya Ramadhan dan sedih dengan berakhirnya Ramadhan dengan satu pertanyaan: masihkah kita menemui Ramadhan tahun yang akan datang, atau jangan-jangan ini Ramadhan terakhir.
Kedua, golongan yang biasa-biasa saja, artinya mau Ramadhan atau tidak, bulan ampunan atau tidak, bagi kelompok ini tidak memberikan pengaruh, tapi sebenarnya kelompok ini adalah rugi, rugi 24 jam, rugi umur bertambah, rugi amalannya tidak ada penambahan sementara waktu yang terus berjalan dan setiap langkah kita, kata Sayyidina Ali adalah setiap hentakan langkah kita menujuk kematian. Bertambah umur berarti mendekati kematian. Dan bekal yang paling baik ketika menuju peristirahatan terakhir adalah amal shaleh, dan salah satunya adalah melaksanakan puasa Ramadhan.
Ketiga, kelompok yang merasa tersiksa dengan datangnya Ramadhan, menurut kelompok ini, Ramadhan membuat mereka gerah dan resah, makan dan minum tidak bisa sembarangan, merokok dan aktifitas keseharian lainnya.
Untuk kelompok kedua dan ketiga ini, khatib mengingatkan lewat firman Allah SWT:
وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا
Artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. An-Nahl/16: 18).


¢OèO £`è=t«ó¡çFs9 >ͳtBöqtƒ Ç`tã  ÉOŠÏè¨Z9$# ÇÑÈ
Artinya : “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. at-Takatsur/102   :8)


Bagaimana kita seharus memahami Ramadhan untuk kita aplikasikan dalam 11 bulan pasca Ramadhan?
Setidaknya ada tiga pendidikan puasa yang dapat kita petik:
Ø  Puasa membiasakan kita untuk melakukan sesuatu dengan benar dan bukan membenarkan sebuah kebiasaan. Makan dan minum dengan teratur, Bangun sebelum shubuh untuk sahur, dekat dengan Quran dan anak-anak yatim dan mengeluarkan zakat fitrah atau mal adalah amaliah yang benar yang harus dibiasakan. Bukan sebaliknya membenarkan sebuah kebiasaan yang sebenarnya tidak dibenarkan ajaran agama. Konsumtif, mewah-mewahan dan materialistis adalah beberapa hal yang harus dikendalikan lewat puasa Ramadhan. Puasa hakikatnya adalah mengendalikan diri, jika ternyata di akhir Ramadhan kita tidak mampu mengendalikan nafsu konsumtif kita, tidak bisa mengatur keinginan untuk pemenuhan nafsu kita. Sesungguhnya kita belum digolongkan sebagai orang yang memaknai puasa dengan sebenarnya.
Ø  Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan: Jika amal ibadah lainnya seperti sholat adalah mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Maka puasa yang diharapkan sudah lebih dari itu yakni mengendalikan diri dari sesuatu yang halal di siang harinya. Makan dan minum adalah halal di siang hari tapi manakala Ramadhan tiba ia harus dikendalikan. Inilah, kaum muslimin, yang membedakan kita umat Islam dengan agama-agama lain. Jika kita dituntut untuk mengendalikan hawa nafsu sementara dalam ajaran lain adalah mematikan nafsu itu sendiri.
Ø  Puasa mengajarkan kepada kita untuk memulai setiap aktifitas dengan doa. Renungkan! Apa yang kita lakukan pertama kali saat akan berbuka puasa. Adalah aktifitas berdoa, maka hendaknya ini harus dapat kita transfer dalam aktifitas lainnya dengan doa dan tawakkal kepada Allah SWT. Ini mengajarkan kepada kita hendaknya setiap aktifitas kita hendaknya dengan doa, doa bermakna mengikut sertakan Allah Ta’ala di dalamnya.

Kaum Muslimin!
Bahwa keberhasilan madrasah Ramadhan bukan saat Ramadhan itu berlangsung, ibarat sebuah proses pembelajaran di sekolah dan madrasah atau pelatihan dan penataran.  Segala sesuatunya harus di atur dan dijadualkan, kapan waktu masuk kelas, kapan waktu istirahat, kapan waktu makan dan minum, apa yang harus dibaca, pakaian apa yang harus dikenakan dan sebagainya. Jika saat pelatihan semuanya berjalan normal dan mematuhi aturan, tentulah sudah seharusnya dan semestinya. Tapi keberhasilan didikan Ramadhan bukan nampak saat bulan Ramadhan tapi akan kelihatan bekasnya dan saat pasca Ramadhan. Pada 11 bulan sesudah Ramadhan. Masihkah kita tadarus Quran sebagaimana di bulan Ramadhan; masihkah kita memakmurkan masjid dan surau sebagaimana kita giatkan dengan Isya, Tarawih dan Witir. Masihkah kita gemar bershadaqah dan menyisihkan harta kita setidaknya 2,5 % setiap mendapatkan honor, gaji dan upah?
Sekali lagi, didikan dan tempaan Ramadhan baru akan kelihatan setelah Ramadhan berakhir, bagaimana pada 11 bulan pasca Ramadhan. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk dapat mendawamkan dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan hingga bertemu pada Ramadhan tahun yang akan datang.


الله اكبر… الله اكبر… الله اكبر… لااله الاالله
والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Satu istilah yang dikenal saat ini saat menjelang 1 Syawal adalah saatnya kita meraih kemenangan. Logika dan pertanyaan sederhana yang dapat kita kemukakan. Setiap ada kemenangan pasti melewati proses kompetisi dan persaingan. Jika demikian apakah semuanya adalah pemenang?
Puasa hakikatnya adalah pengendalian diri kita. Siangnya lapar, haus dan menjaga diri dan hati dari yang dilarang agama, malamnya qiyamul lail. Orang-orang yang semacam inilah yang berhak mendapatkan kemenangan. Bukan, sekali lagi bukan untuk mereka yang nyata-nyata  merokok di siang hari bulan Ramadhan, bukan untuk mereka yang makan di rumah makan tanpa rasa sungkan dan malu meskipun ada tirai di rumah makan, bukan untuk mereka yang tidak berpuasa tanpa uzur yang dibenarkan oleh agama. Pada kesempatan ini khatib berpesan, JANGAN TERLALU BERANI MELANGGAR PERINTAH ALLAH SWT.
Jika demikian, untuk siapakah predikat kemenangan disematkan? Jawabannya adalah untuk mereka yang berpuasa sebagai perintah Allah, untuk mereka yang menahan dan mengendalikan nafsu sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan untuk mereka yang sami'na wa atho'na dengan perintah Allah SWT.

Kaum Muslimin
Takutlah kepada Allah, takutlah akan siksaan dan bencana yang akan ditimpakannya yang tidak hanya kepada ahli maksiat. Namun bencana dan ujian juga akan ditimpakan kepada orang-orang yang dekat kepadanya dalam rangka menaikkan derajatnya disisi Allah SWT.
Janganlah kita terlalu berani melanggar perintah Allah, janganlah kita seakan-akan menantang Allah SWT dengan tidak mengindahkan perintah dan larangannya.
Mari kita renungkan firman Allah SWT dalam QS. Thaha:124-126:
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".
Demikian khutbah yang dapat khatib sampaikan, semoga ada manfaatnya.

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ  مِنَ اْلاَمِنِيْنَ
وَاَدْخَلَناَ وَاِيَّا كُمْ فِىْ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ
وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
































Komentar

Postingan Populer