Mas Komar_Hablun Minan Nafs
RENUNGAN RAMADHAN
Berdamai
Berdamai
TRIBUNNEWS
— Ini adalah bentuk komunikasi eksternal antara manusia dan hal di luar
dirinya.
Namun
ada satu garis komunikasi yang seringkali luput dari perhatian kita, yaitu habl
min al nafs, komunikasi dengan diri sendiri, jiwa kita sendiri.
Dalam
istilah tasawuf, model komunikasi internal ini disebut muhasabah, yaitu
berkomunikasi dengan diri sendiri untuk introspeksi menjadi pribadi yang
memiliki kualitas lebih baik.
Membangun
komunikasi eksternal tidak mudah. Banyak hambatan dan tantangannya. Dengan
Tuhan misalnya, meskipun sebagai pemeluk agama kita tahu bahwa itu adalah
sebuah kewajiban.
Namun
tetap saja tidak selalu mulus karena kalau kita menjalankannya seringkali kita
terjebak pada melaksanakannya sebagai rutinitas daripada sebagai bentuk
ketundukan pada Tuhan.
Dengan
manusia pun tidak berbeda. Tidak sedikit komunikasi dengan sesama hanya
menorehkan noda, luka dan petaka. Jika berkomunikasi dengan sesuatu di luar
diri sendiri saja sulit, apa lagi dengan diri sendiri.
Berkomunikasi
dengan diri sendiri tingkat kesulitannya bisa jadi sama dengan sulitnya melihat
tengkuk sendiri. Dia begitu dekat namun begitu jauh untuk dilihat dan
ditelisik.
Area
untuk melakukan objektifikasi kepada objek komunikasi, yaitu diri sendiri
menjadi sangat sempit. Karenanya bukan hal yang aneh kalau ketika terjadi
gejolak dalam diri sendiri, ada kecenderungan untuk lebih melemparkan kesalahan
pada orang lain daripada mengembalikannya pada diri sendiri.
Makanya
ada pepatah mengatakan, bila ingin tahu tentang pribadi seseorang yang
sesungguhnya, tanyakan pada kawannya. Ini menunjukkan pesimisnya melihat
kemampuan seseorang untuk mendeskripsikan dirinya sendiri secara objektif dan
gamblang.
Mengenali
diri sendiri sangat penting sebagai landasan untuk membangun komunikasi dengan
manusia dan Tuhan. Salah satu bentuk mengenali diri adalah mengenali yang
menjadi kelebihan dan kekurangan. Bila sudah mampu melakukan itu, maka akan
lebih mudah menata diri dan kalau perlu menghiasinya.
Ibarat
rumah, sebelum menata isinya dan menaruh pernak pernik disana sini, maka hal
pertama yang harus dilakukan adalah mengenali kelebihan dan kekurangan serta
keterbatasan tata ruang atau desain interiornya.
Jangan
sampai membeli kursi ukuran jumbo dan berbentuk huruf L padahal ruang tamu yang
tersedia adalah ukuran kecil dan berbentuk bundar.
Batas
dan `kekurangan’ rumah itu adalah ruang tamu yang sempit, sehingga jangan
sampai dipaksakan untuk diisi dengan barang berukuran jumbo. Bisa saja masuk,
tapi tidak lagi serasi dan nyaman dilihat dan ditempati. Padahal ruang sempit
dan kecil juga akan tetap nyaman dan indah bila ditata sesuai dengan kondisi
yang ada.
Dengan
mengenali dan menerima keterbatasan ruang yang kita punya, tidak perlu ada
pikiran, ucapan dan sikap yang menuduh bahwa si pembuat kursi jumbolah yang
tidak tau diri, salah, atau bodoh karena membuat ruangan rumah menjadi sumpek
dan tidak nyaman.
Bila
tuduhan itu dilontarkan, maka saat satu jarinya menunjuk kebodohan orang
lain, tanpa disadarinya, keempat jari yang lain menunjuk dirinya sendiri.
Halakan `imru’ lam ya’rif qadrah, hancurlah seseorang yang tidak mengenali
kadar dirinya.
Komaruddin Hidayat
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Komentar
Posting Komentar