Tidak Ada
Doa Yang Tidak Dikabulkan
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku,
Maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa
apabila ia
memohon kepada-Ku,
Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu
berada dalam kebenaran”.
(QS.
Al-Baqarah/2: 186)
Komaruddin Hidayat dalam bukunya Agama Punya Seribu Nyawa (2012: 11)
menyebutkan bahwa hakikatnya tidak ada doa yang tidak terkabul, yang ada adalah
doa yang diajukan, permohonan yang disampaikan dan permintaan yang diagendakan
dapat diklasifikasikan kepada empat kategori yakni:
1) Ada doa
yang dikabulkan sebagaimana permintaan dan saat itu juga atau dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Kekuatan doa ini karena kedekatannya kepada Allah SWT, para
nabi dan rasul, para wali Allah dan orang-orang yang dekat dengan-Nya.
Kedekatan mereka kepada Allah menyebabkan seakan tiada hijab atau penghalang
antara Khaliq dan makhluk.
2) Doa yang
diajukan akan dikabulkan namun setelah berulang-ulang dan dalam waktu yang
tidak secepat itu. Dari sisi ini, harus difahami bahwa Zat yang kita ajukan
permohonan adalah Zat yang Maha Mengetahui dan Maha Luas Kekuasaannya. Doa semacam
ini mendidik kita untuk, sekali lagi, husnuzh zhan kepada-Nya;
3) Doa
dikabulkan namun diganti dalam bentuk yang lain yang cocok bagi kepentingan
hamba-Nya. Keterbatasan manusia akan sesuatu menyebabkan kita kadang salah
menilai dan cenderung memvonis sesuatu. Pantaskah jika kita juga harus
menggeneralisasikan saat kita mengajukan permohonan kepada Zat yang Serba Maha?
Tentu harus dibedakan saat kita menilai keputusan yang dibuat makhluk dan
kekuasaan yang diambil oleh Khaliq; dan
4) Doa yang dikabulkan kelak saat di alam akhirat.
Satu permohonan yang jelasnya tidak bisa dikabulkan saat di dunia seperti
permohonan berkumpul bersama para nabi, orang-orang saleh yang telah wafat
terlebih dahulu dan lainnya. Permohonan ini menunjukkan keyakinan diri bahwa
akan ada satu masa dimana bertemu dan berkumpulnya para kekasih Allah dan
keyakinan akan adanya kehidupan sesudah kematian.
Bagaimana jika nyatanya ada doa
yang sedari dulu kita sampaikan namun hingga saat ini belum juga diijabah
Allah, logika terbalik harus kita kemukakan bahwa tidak terkabulnya doa bukan
karena ketidakmampuan Allah dan ketidakpedulian Allah, tapi lebih karena syarat
dan ketentuan yang diberikan Allah lewat Kalam-Nya dan lisan Nabi-Nya cenderung kita
abaikan. Salah satunya adalah sebagaimana seorang sahabat yang bertanya kepada
Rasulullah SAW mengenai apa syarat dikabulkannya doa, beliau menyatakan bahwa
jika ingin doa dikabulkan maka perbaikilah makananmu. Hal ini memberikan
gambaran kepada kita bahwa faktor makanan bisa menjadi sebab terhalangnya doa
kita dan tidak membumbungnya permohonan kita.
Dengan demikian, jika kita
merasa permohonan kita tidak diijabah oleh Allah adalah karena
kemungkinan kita kurang memenuhi persyaratan yang ditentukannya. Dan
persyaratan yang paling sederhana adalah mengutamakan pengabdian dan
penghambaan baru kemudian mengajukan permohonan sebagaimana diajarkan dan
tertuang dalam ummul kitab yakni Iyya kana'budu wa iyyaka nasta'inu. Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu jua kami mohon pertolongan.
Semoga**
Komentar
Posting Komentar