Belajar Tentang Kehidupan
Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah
Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi
Dan perhatikanlah bagaimana
akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)
(QS. ali Imran/3: 137)
Diceritakan ada seseorang yang
sedang mencari guru untuk belajar tentang arti kehidupan. Didapatinyalah
seorang guru dan terjadi dialog, “ Tuan, saya ingin belajar kepada anda tentang
arti kehidupan,” jawab guru, “baik, tetapi belajar tentang arti kehidupan tidak
bisa kita bicarakan secara teori, ia harus langsung praktek”. Dan pada saat itu
sang guru sedang memasak air di atas tungku dengan kayu bakar sebagai BBM nya,
sang guru kemudian meniup kayu bakar itu, si muridpun bertanya, “ya Tuan, mengapa
anda meniup kayu bakar itu?” Sang Guru mengatakan bahwa kayu bakar ditiup
supaya apinya membesar dan cepat panas. Setelah air itu masak, kemudian dituang
dalam gelas dan gurupun meniup air itu. Murid bertanya lagi kepada sang guru
mengapa harus ditiup, guru menjawab air ini ditiup supaya cepat dingin.
Mendengar jawaban guru, si murid langsung bereaksi, “Tuan guru ini tidak
konsisten, tiupan pertama supaya cepat panas, tiupan kedua supaya cepat dingin,
mana yang benar?', Guru pun memberikan komentarnya, “Itulah hidup yang kadang
kita artikan sebuah sikap ketidakkonsistenan ternyata adalah sikap konsisten
demikian juga sebaliknya”.
Pelajaran apa yang dapat
dipetik dari cerita di atas, bahwa rumus kehidupan kadang tidak selalu linear
dengan hitungan rasional kita. Bahwa kadang sesuatu yang kita nilai tidak
konsisten, hakikatnya adalah sebuah sikap yang konsisten hanya dikarenakan
ketidakmampuan kita memahaminya. Bahwa konsisten atau tidak konsisten
tergantung dari sudut pengetahuan yang memandangnya.
Inilah yang menjadi salah satu
sebab mengapa Nabi Muhammad SAW ketika ditanya beberapa sahabatnya tentang
perbuatan apa yang paling utama. Disatu tempat beliau menyatakan bahwa amal
yang paling mulia adalah jihad di jalan Allah, pada kesempatan lain beliau menyebutkan
dengan jawaban berbakti kepada kedua orang tua, dalam moment berikutnya beliau
sabdakan dengan jawaban bahwa amal yang paling mulia adalah membaca al-Quran
dan sebagainya. Tidak konsistenkah Nabi Muhammad SAW dengan memberikan ragam
jawaban tersebut. Disinilah letak piawai dan bijaksananya seorang pemimpin.
Mengapa jawabannya berbeda, karena disesuaikan dengan karakter si penanya,
apalah artinya sebuah jawaban yang ternyata tidak tepat sasaran, tidak tepat
guna dan sekedar pengetahuan belaka. Rasulullah SAW memberikan jawaban
disesuaikan dengan sifat dan perilaku is penanya. Bagi si penanya dengan
jawaban perbuatan yang paling mulia adalah jihad di jalan Allah karena orang tersebut adalah
orang yang enggan berjuang di jalan Allah, malas dan takut. Untuk jawaban
berbakti kepada kedua orang tua, karena Rasulullah SAW tahu bahwa si penanya
adalah anak yang tidak pandai berbakti kepada kedua orang tuanya, demikian juga
jawaban membaca al-Quran adalah amal yang paling mulia karena beliau ketahui si
penanya adalah orang yang paling malas membaca al-Quran. Dari sudut pandang ini
juga mendidik para muballigh, juru dakwah untuk dapat mengetahui tingkat
pengetahuan meskipun sedikit tentang audiens atau jamaah yang
dihadapinya.
Pendekatan psikologis dalam
memahami sebuah persoalan menjadi hal yang penting manakala kita memberikan
solusi alternatifnya. Sikap inilah yang kadang dilakukan oleh sang pemimpin
namun tidak difahami dan disadari oleh lapisan bawahnya.
Belajar tentang arti kehidupan
artinya kita belajar bagaimana mengelola diri, alam dan lingkungan sekitar.
Orang yang cerdas adalah orang yang tidak terjebak ke dalam kekeliruan untuk
hal yang sama dan itu artinya ia telah belajar kepada kehidupan. Hanya teknik
dan caranya yang kadang membuat kita sulit untuk mencernanya.
Tentu pernah kita mendengar,
manusia banyak yang pandai mengali (x), lihai mengurang (-) dan tahu menambah
(+) tetapi sedikit yang mengerti membagi (:). Ternyata bahwa belajar tentang
kehidupan harus dimulai dari kemauan membuka diri sebagai “botol kosong”
terlebih tatkala berhadapan dengan “orang tua” yang tidak hanya tua dari segi
umur tapi tua dalam makna mampu menangkap dan memahami
sinyal-sinyal kehidupan. Dan itu tidak semua bisa dilakukan oleh orang tua.
Banyak hal yang harus kita pelajari
tentang arti kehidupan, baik kehidupan yang menyangkut diri sendiri,
keluarga bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga!
Komentar
Posting Komentar