Nak,
Jangan Miskin Amal
Apa yang membedakan
seorang dengan orang lain? Sangat banyak jawabannya, satu dari banyaknya
jawabannya adalah amal. Amal perbuatanlah yang membedakan dan mengelompokkan
seseorang dengan orang lain, bahkan yang membedakan satu komunitas satu bangsa
dengan bangsa lain. Dengan amal (tindakan, karya nyata, kinerja) kita dapat
menilai seseorang. Contoh sederhana, kita dapat menilai seorang guru yang
profesional dengan yang tidak saat ia berada di depan kelas. Jika ia dapat
mengendalikan dan mengatur suasana kelas saat melaksanakan proses belajar mengajar
di kelas maka dapat dipastikan ia orang yang faham cara menguasai kelas namun
jika sebaliknya maka ia hanya orang yang peduli dengan dirinya sendiri dan
bukan masuk kategori guru yang pandai menguasai kelas. Dari mana kita
mengetahuinya? Sekali lagi, bukan dari hasil diskusi dan tukar pendapat tetapi
dari tindakan nyata ketika kita melakukannya.
Hal di ataslah yang
menjadi penekanan Imam Ghazali saat memberikan nasehat kepada salah satu
muridnya dengan ucapan, “Nak, Jangan miskin amal”. Ketika setiap orang
menguasai sebuah teori, faham dengan konsep dan sistematikanya, ahli dalam
menyampaikan sebuah gagasan atau ide. Sebenarnya tidak terlalu membekas dan
dapat menginspirasi seseorang, meskipun ada, tetapi prosentase keberhasilannya
tidak sebanyak jika ia juga yang melakukannya. Jika ia dihadapkan antara orang
menyampaikan dengan memukau dan bahasa yang memikat dengan orang yang melakukan
tindakan nyata maka kesan yang lebih membekas, penulis yakin, adalah mereka
yang langsung melaksanakannya.
Bukankah Columbus, sang
Penemu Benua Amerika, ketika menyampaikan hasil temuannya kepada publik ia juga
diremehkan, “Penemuan segitu kok diumumkan?” Demikian kira-kira
tanggapan orang-orang yang tidak menyenanginya. Akhirnya Columbus mengajak
orang-orang yang tidak menyenanginya itu untuk beradu kecerdasan bagaimana cara
mendirikan telur rebus di atas meja. Satu orang maju mencoba mendirikan telur
rebus, gagal. Diteruskan yang satu lagi, demikian juga dengan hasil yang sama.
Akhirnya giliran Columbus, diletakkannya telur rebus di atas meja kemudian
ditekannya ujung atas telur hingga ujung telur di bawahnya menjadi rata. Dan
jelaslah, telur rebus bisa berdiri tegak. Tapi apa komentar orang-orang yang
jadi lawannya. “Kalau begitu kami juga bisa”, demikian respon mereka. Columbus
malah balik bertanya jika sekiranya bisa dilakukan kenapa ketika ada kesempatan
tadi sama sekali tidak dilaksanakan?
Apa yang membedakan
seorang dengan yang lainnya? Yang membedakannya adalah pada aspek tindakan
nyata. Seseorang menjadi lebih khas dan dikenal karena kemauannya berbuat,
bukan sebatas berfikir dan sebatas ide. Dan inilah yang menjadikan manusia
berbeda dengan makhluk lainnya baik dari segi pola fikir, sikap bahkan yang
lebih adalah cara dalam menyelesaikan masalah dan cara dalam berbuat sesuatu.
Semakin banyak amal
seseorang maka akan semakin membuatnya berbeda. Bahkan orang yang sekedar
berbicara tanpa amal masuk kategori orang yang dimurkai Allah SWT. Dalam
kaitannya dengan amal manusia, Syekh Ibnu Athoillah dalam bukunya Telaga Ma'rifat
mengklasifikasikan amal manusia kepada tiga kategori yakni kelompok amalnya
hamba sahaya, kelompok amalnya saudagar dan kelompok amalnya manusia merdeka.
Kategori amal hamba
sahaya adalah orang-orang yang melakukan satu perbuatan karena takut. Sementara
amal kategori amal saudagar, ia beramal karena hitungan untung rugi dan amalan
manusia merdeka adalah mereka yang beramal bukan dikarenakan paksaan tetapi
menyadari sepenuhnya bahwa kewajiban mereka hanyalah bersyukur baik dengan
lisan maupun dengan perbuatan. Masuk kategori yang manakah kita? Andalah
pembaca yang menjawabnya. Semoga**
Dimuat di Harian Pontianak Post
Edisi 30 Agustus 2014
Komentar
Posting Komentar