People
Smart
Di era globalisasi dan
informasi ini, perkembangan seseorang tidak lagi terbatas di dalam lingkungan
sekolah. Yang ada adalah seakan kita menjadi masyarakat yang hidup tanpa ruang
(placeles society). Dan ini juga seakan meneguhkan kembali kepada kita
bahwa perkembangan seseorang mulai dari balita, anak-anak, remaja hingga dewasa
untuk mencapai kematangan yang lebih baik bukan dan tidak hanya pada
pengembangan aspek kognitif (transfer of knowledge), tapi jauh dari itu,
pengembangan pada aspek afektif dan psikomotor menjadi sebuah keharusan kalau
tidak ingin selalu berada pada posisi juru kunci. Oleh karenanya, kemudian
istilah-istilah kecerdasan (IQ, EQ dan SQ) menjadi lebih diminati dan menjadi
pembahasan yang menarik ditambah lagi dengan sebagian realita yang menunjukkan
adanya ketidakserasian antara kecerdasan intelektual disatu sisi dengan
kecerdasan emosional dan spiritual disisi lain.
Sebuah hasil penelitian
yang dilakukan untuk melihat sejauh mana pemahaman guru tentang sekolah yang
bermutu dan unggul menunjukkan bahwa diantara indikasi sekolah itu unggul dan
bermutu adalah adanya upaya dan strategi sekolah untuk menanamkan kecerdasan
yang tidak hanya kecerdasan intelektual (Dwiningrum, 2011:101). Dalam
pembahasannya dikemukakan bahwa untuk membantu proses pengembangan anak didik
maka diperlukan keseimbangan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual.
Dalam buku Manage
Your Mind for Succes disebutkan bahwa otak manusia dirancang untuk sebuah
kesuksesan, hanya persoalannya kesuksesan itu dalam bidang apa sesuai dengan
kecerdasan mana yang lebih dominan. Sejalan dengan itu, Sunardian Wirodono
dalam bukunya yang berjudul Berdamai dengan Diri Sendiri (2009) disebutkan
bahwa kecerdasan manusia itu dapat diibaratkan seperti bawang yang jika dikupas
kulitnya maka masih akan nampak kulit-kulit yang lain, dan tidak akan habis,
demikianlah luar biasanya otak dan kemampuan akal manusia. Dan pada tulisan ini
penulis mencoba untuk menguraikan satu dari beberapa kecerdasan manusia yaitu people
smart.
People Smart atau
kecerdasan antar pribadi ini melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja
untuk orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak hal, mulai dari kemampuan
berempati, kemampuan memahami dan mengenal orang lain dan sekitarnya, kemampuan
memimpin, dan kemampuan mengorganisir orang lain. Kecenderungan kecerdasan ini
dapat dilihat jika seseorang dikenal cukup populer dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cepat. Dalam bahasa lain, orang semacam ini memiliki kecerdasan sosial,
sebagai orang yang mampu beradaptasi
dengan orang lain. Kemampuan ini sangat jelas dalam kesehariannya bila kita
amati, kemampuan membangun jaringan, banyak teman adalah beberapa indikasi yang
menunjukkan bahwa seseorang memiliki kecerdasan sosial ini.
Dikisahkan dalam buku The
Go Giver karya Bob Burd dan John David (dikutip Badroni Yuzirman dan Iim
Rusyamsi, 2012: 111-114) bahwa seorang eksekutif bernama Joe yang begitu
ambisius mengejar sukses tapi tak kunjung diraihnya. Akhirnya ia konsultasi
dengan teman yang sudah sukses namun kesuksesan itu diraihnya dengan santai dan
enjoy. Dari temannya ini ia dipertemukan dengan Pindar, Sang Guru Sukses yang
darinya dikenalkan Lima Hukum Kesuksesan Tertinggi.
Lima Hukum Kesuksesan
Tertinggi itu adalah: 1) Hukum Nilai, ini bermakna hendaknya apa yang diperoleh
sebagai reaksi dari aksi kita tidak mesti dalam bentuk materi, tapi justru
lebih besar secara immateri, ibaratkan seorang kekasih yang mendapatkan surat
balasan dari kekasihnya, hanya selembar surat, ya selembar surat, tapi yakinlah
surat itu pasti akan dibaca berulang-ulang dan tetap dibawa kemanapun ia pergi. Kenapa demikian? Nilai surat itu
yang menjadikannya luar biasa; 2) Hukum Kompensasi, apa yang kita peroleh
sangat ditentukan oleh seberapa banyak usaha yang kita lakukan. Tidak ada istilah
rugi berbuat baik, kalaupun tidak ada yang mengartikan kebaikan itu setidaknya
kita telah menjadi orang yang berkarakter baik. Contoh sederhana adalah senyum,
siapapun bisa melakukannya, tapi ternyata di dunia ini ada orang yang berat
untuk melakukan aktifitas ini; 3) Hukum Pengaruh, pengaruh kita pada orang lain
ditentukan oleh seberapa besar kita memberikan perhatian dan mendahulukan
kepentingan orang lain.
Dale Carnegie dalam
bukunya How To Win Friends and Influence People (1979) disebutkan bahwa anda dalam tempo dua bulan
akan mendapatkan lebih banyak teman dengan memperhatikan orang lain daripada
dalam tempo dua tahun dengan hanya berusaha membangkitkan perhatian orang
kepada anda sendiri; 4) Hukum Autentisitas dapat dimaknai bahwa kehadiran kita
untuk seseorang adalah hadiah terbesar, demikian perkataan Ali bin Abi Thalib.
Artinya hadiah terbesar bagi orang lain adalah kita sendiri dan bukan
diwakilkan. Adanya sosok kita dalam lingkungan sosial ternyata lebih memberikan
arti yang berbeda namun tidak semua orang dapat mengartikan in lebih bermakna.
Banyak yang hadir tetapi justru kehadirannya dianggap tidak berarti. Ada sama
dengan tidak ada. Jika ini yang terjadi, nilai seseorang sebagai manusia tidak
lebih hanya dalam hitungan statistik. Orang yang memiliki kecerdasan sosial,
kehadirannya terasa menggenapkan dan ketiadaannya terasa mengganjilkan; 5)
Hukum kemampuan untuk menerima, dalam bahasa agama dinamakan ikhlas menerima
dengan rasa syukur. Syukur diartikan sebagai kemampuan seseorang mendaya dan
tepat gunakan pemberian yang diterima. Sebagai contoh, saya memberikan anda
baju batik yang bagus, kemudian esok anda pakai batik itu untuk menghadiri
pertemuan, maka anda telah masuk kategori orang yang bersyukur tapi manakala
esoknya anda gunakan baju batik itu untuk membersihkan motor anda maka anda
digolongkan orang yang tidak pandai bersyukur. Syukur dimaknai sebagai
memberikan penghargaan dan menempatkan pemberian itu sebagaimana keinginan dari
si pemberi.
Terakhir, kita simak
perkataan Hujjatul Islam, Imamul Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ululumddin,
“Hendaklah anak kecil diberi kesempatan bermain. Melarangnya bermain dan
menyibukkannya dengan belajar terus akan mematikan hatinya, mengurangi
kecerdasannya dan membuatnya jenuh menghadapi hidup”.
People Smart
sebagai salah satu kecerdasan yang dimiliki manusia sebagai anugerah dari Sang
Pencipta tidak akan pernah hilang dari
diri manusia, yang ada adalah ia hanya mengendap dan belum menemukan wadah dan
lingkungan yang cocok untuk mengembangkan potensi ini secara optimal.**
Dimuat di Harian Borneo Tribune
Edisi 17 April 2013
Komentar
Posting Komentar