Meredam Nafsu Hewaniah
(Kisah Tukang Bakso dan Tukang Becak)





“Tidak ada doa mereka selain ucapan:
Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan
dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami,
dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
(QS. Ali Imran/3: 147)




Dalam jiwa terdapat dua dorongan yang selalu bersaing dan berlomba, agar mendapatkan tempat di dalamnya. Dorongan tersebut adalah dorongan Ilahiyah (Ketuhanan/Kebaikan) dan Dorongan Syaithoniyah (Nafsu syaitan/Keburukan).
Berbagai amal saleh yang dilakukan adalah untuk mengarahkan jiwa raga kita kepada kebaikan. Pertarungan dua jiwa ini terus hingga kita mengakhiri hidup ini di dunia. Jika kebaikan kalah, maka keburukan, hawa nafsu dan sifat kebinatanganlah yang mendominasi. Betapa bahayanya jiwa seseorang jika yang mendominasi hatinya adalah sifat yang buruk, dendam, dengki, tidak pernah puas adalah beberapa diantara banyaknya keburukan jiwa yang harus kita jauhi.
Kisah humoris di bawah ini mengangkat cerita sebagai berikut:
Satu hari seorang tukang becak mampir ke tukang bakso untuk mencicipi hidangan baksonya.
Tukang becak    : Berape harge bakso Mang?
Tukang bakso    : Biase Pak, Rp. 10.000,-
Tukang becak    : Mahalnye Mang! Saye minta yang Rp. 2.000 jak
Tukang bakso    : Mane ade bakso Rp. 2.000 Pak.
(Karena hampir cekcok dan perang mulut berkelanjutan, akhirnya tukang bakso menyajikan baksonya ke tukang becak)
Tukang becak    : Mang, ngape yang ade hanye kuah dan daun seledrinye jak? Bakso dan mie nye mane?
Tukang bakso    : Pak, bakso Rp. 2.000,- cume dapat kuah jak, ndak pakai mie dan pentol.
Tukang becak    : (Sambil menghirup kuah, bergumam dalam hati nanti ku balas ente)
Hari terus berganti, satu hari, tukang bakso belanja di pasar dan akan kembali ke rumahnya sambil membawa barang yang akan dijadikan sebagai bahan jualan bakso, cukup lama tidak ada kendaraan atau becak yang lewat, akhirnya tukang bakso hanya ketemu dengan tukang becak yang kemarin membeli baksonya dengan harga Rp. 2.000,- Naiklah tukang bakso ke becak tersebut tentu dengan tawar menawar harga yang alot. Biasanya ongkos becaknya Rp. 15.000, ditawar oleh tukang bakso dengan hanya Rp. 5.000,- Akhirnya meskipun agak jengkel, tukang becak menyuruh tukang bakso naik ke becaknya. Meskipun tidak terlalu jauh tapi jalanan yang dilewati adalah jalan turun naik sehingga harus hati-hati.
Namun begitu menuruni jalanan yang agak curam, tiba-tiba tukang becak turun dari becaknya dan membiarkan becak jalan sendiri sambil tukang becak berlari kecil mengikutinya dari belakang.
Tukang bakso    : Pak! Pak, ngape becaknye dilepaskan! Saye bise tesungkur nih Pak. Bahaye ni Pak.
Tukang becak    : Maaf Mang, becak Rp. 5.000 ndak pakai
                                  REM.

Tukang bakso    : @!#$%^&*()**

Komentar

Postingan Populer