Kisah Kedahsyatan Ikhlas

Oleh Sholihin HZ* (Sekretaris Umum PW IPIM Kalimantan Barat)
Secara bahasa, ikhlas berarti murni atau tidak bercampur. Sahal bin Abdullah bin Yunus, seorang sufi yang zahid ketika ditanya apa yang paling berat bagi nafsu, beliau berkata, "Keikhlasan, di dalam keikhlasan tidak ada bagian bagi nafsu". Dikatakannya juga ikhlas berarti bahwa hamba dan gerakan-gerakannya adalah untuk Allah SWT semata. Fudhail mengatakan, "Meninggalkan amal karena manusia adalah riya. Dan beramal karena manusia adalah syirik. Sementara itu, ikhlas adalah ketika kamu dilindungi oleh Allah SWT dari riya dan syirik". Sebagai puncak dari sikap keberagamaan seseorang, ikhlas menjadi kata kunci dalam rangka pengabdian kepada Sang Khaliq. Inilah yang ditegaskan Allah SWT dalam QS. al-Bayyinah/98: 5: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus ...". Penghambaan kepada Allah SWT hendaknya untuk mencari keridhaan-Nya, bukan untuk mencari ganti dan pemberian dari-Nya. Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam kitabnya Jala' al-Khathir (diterjemahkan Denis Afriandi, 2013: 205) menyebutkan bahwa orang yang tidak ikhlas dalam beramal sesungguhnya ia tidak akan mendapatkan kedekatan dan kemuliaan-Nya. Justru Al-lah SWT akan menyuruhnya berhimpun dan mengadu kepada orang yang dijadikannya sebagai sesembahannya. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman: "Aku adalah serikat paling kaya yang dipersekutukan. Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan dan memperserikatkan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tidak menerima, kecuali sesuatu yang menginginkan keridhaan-Ku". Hadits qudsi ini secara tersirat menunjukan bahwa ikhlas adalah rahasia Allah yang siapapun tidak tahu bagaimana kondisi kejiwaan atau hari seseorang sehingga malaikatpun hanya bisa mencatat amalan lahiriah saja dari seorang manusia. Ketika seseorang mengatakan ia ikhlas justru itulah mungkin yang tidak ikhlas. Rahasianya ikhlas sehingga hal ini Allah SWT sembunyikan dalam rangka mendorong makhluknya untuk terus berbuat kebaikan. Komaruddin Hidayat dalam bukunya Penjara-penjara Kehidupan (2016: 227) mengisahkan tentang the power of ikhlas ini. Di suatu desa terdapat seorang ustadz yang cukup disegani, ia terkenal dengan orang yang rajin bershadaqah. Didorong oleh rasa hormat kepada ustadz tersebut, seorang warga desa mendatangi ustadz untuk memberikan buah tangan atau hasil palawija berupa singkong, pepaya dan sayur-sayuran. Kepada ustadz ia berucap, "Ustadz, ini saya bawakan hasil kebun saya, mudah-mudahan Ustadz sudi menerimanya", Ustadz itupun terharu dengan kepolosannya sehingga menggerakkan hatinya untuk membalas kebaikan itu dengan kebaikan pula sambil mendoakan semoga hasil panen warga tersebut semakin berlimpah. Kepada warga desa yang telah menghadiahinya hasil panen, sebagai ucapan terimakasih Ustadz membalas kebaikannya dengan memberikan seekor kambing yang gemuk, dengan harapan mudah-mudahan dapat beranak-pinak dan sehat-sehat. Betapa gembiranya warga tersebut karena dihadiahi seekor kambing, hal yang di luar dugaannya. Berita kebaikan ustadz ini tersebar hingga sampai pada salah satu warga lainnya sambil berpikir, kalau saja tetangganya bershadaqah singkong kepada Ustadz diberi balasan seekor kambing, bagaimana kalau sekiranya ada orang yang bershadaqah kambing, kemungkinan sapi yang akan diberi Ustadz. Keesokan harinya datanglah warga tersebut ke rumah Ustadz sambil membawa seekor kambing, Semoga ustadz akan membalasnya dengan memberi hadiah seeokor sapi pada saya, bisiknya dalam hati. Saat menerima kambing itu, Ustadz pun berujar, "Terimakasih atas kebaikan hatimu. Sekadar sebagai tanda terimakasih, ini saya hadiahkan sekeranjang singkong dan pepaya, pasti anak dan isterimu akan senang". Betapa kecewanya warga tersebut, apa yang diharapkannya tidak sesuai apa yang terjadi dan ia harus membawa pulang sekeranjang singkong dan pepaya. Kisah di atas, mengajarkan kepada kita bahwa keikhlasan merupakan sumber kekuatan dan kebahagiaan hidup. Dengan ikhlas tidak ada caci maki, dengan ikhlas tidak ada sikap tidak ridho terhadap apapun yang diterima. Keunikan ikhlas dapat dilihat pada uraian singkat berikut: kata ikhlas tidak ditemukan dalam rentetan ayat-ayat yang terdapat dalam surat al Ikhlas, umumnya penamaan surat diambil dari bagian ayat yang terdapat dalam ayat-ayat itu misalnya nama surat al a’la terdapat pada ayat pertama, nama surat al falaq terdapat dalam ayat pertama dan seterusnya. Berikutnya, keunikan al ikhlas adalah ketika seorang sahabat yang setiap menjadi imam setelah membaca surat al Fatihah, kemudian membaca surat lainnya namun setiap selesai membaca surat lainnya diakhiri dengan embaca surat al ikhlas. Hal ini kemudian diadukan kepada Rasulullah saw dan beliau mengkonfirmasi kepada yang bersangkutan. “Benar, Wahai Rasulullah, aku terbiasa membaca surat al Ikhlas karena aku menyukainya”, lantas Rasulullah SAW berujar, ‘seseorang akan bersama dengan apa yang disukainya’. Uraian terakhir, dialog Allah dengan Iblis tentang godaan iblis untuk menyesatkan manusia kemudian dicounter oleh Allah SWT, bahwa ada hamba-hamba Allah yang tidak akan mampu digoda oleh Iblis dan dialah hamba-hamba Allah yang ikhlas. Dalam Qs. Al Hijr/ 15: 39-42 disebutkan dialog tersebut: “Ia (iblis) berkata “oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka (manusia) di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka. Dia (Allah) berfirman”ini adalah jalan yang lurus (menuju) kepada-Ku. Sesungguhnya kamu (iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang-orang sesat.”. Ada ulama tafsir, diantaranya ath-Thabari menafsirkan bahwa maksud dari ayat di atas adalah orang-orang yang Allah murnikan dengan pertolongan dan hidayah-Nya. Sedangkan menurut ulama lainnya yang dimaksud ikhlas yaitu orang-orang yang murni beramal karena Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan siapapun. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hambaNya yang ikhlas.*

Komentar

Postingan Populer