7 Penyesalan Manusia Setelah Wafatnya

(Sekum PW Ittihad Persaudaraan Imam Masjid [PW IPIM] Kalimantan Barat)
Hakikat taubat adalah menyesali dosa yang telah dilakukan, memohon ampun sambil berjanji tidak akan mengulangi kesalahan serupa dan meminta maaf serta rela atas apa yang dilakukan. Demikianlah makna taubat menurut Prof. Quraisy Syihab (2020: 186). Menyesal menjadi bagian penting dari seseorang yang ingin bertaubat. Hijrah dari keburukan kepada kebaikan, meninggalkan kemaksiatan kepada ketaatan. Penyesalan bermakna merasa rugi bahwa ia pernah melakukan hal yang tidak baik bukan justru sebaliknya bangga atas kemungkaran yang pernah dilakukan. Al Quran merekam setidaknya ada tujuh jenis penyesalan yang akan dialami manusia yang sejak awal tidak memahami dari mana ia berasal, untuk apa ia hidup dan kemana perjalanan selanjutnya. Karena perjalanan, maka tentu setiap perjalanan harus menyiapkan bekal maka pertanyaan terakhir adalah sejauh dan sebanyak apa amal yang sudah disiapkan untuk melanjutkan “perjalanannya”. Penyesalan yang pertama adalah penyesalan telah menjadikan seseorang teman dengan karakter yang tidak baik sebagai temannya. Teman adalah siapa yang menjadi pendamping hidup baik pendamping dalam arti membentuk karakternya, teman dalam cara berpikirnya, teman dalam hal apa yang dibacanya dan sebagainya. Kesalahan dalam memilih teman akan berefek pada kehidupan akhirat. Dua teman yang boleh dijadikan sahabat karib yaitu teman yang mengingatkan kita saat kita lupa untuk taat kepada Allah SWT dan teman yang mendukung serta mensupport makanala kita berada dalam kebaikan. Kategori pertama ini Allah SWT nyatakan dalam Qs. Al Furqan/ 25: 28: “Oh, celaka aku! Sekiranya (dahulu) aku tidak menjadikan si fulan sebagai teman setia.” Kedua, yang merupakan bentuk penyesalan adalah bagi mereka yang menyekutukan Allah. Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa besar karena mendampingkan Allah SWT Yang Serba Maha dengan makhluk yang lemah, nista dan penuh dosa. Perbuatan ini termasuk dalam kezaliman yang besar (lazhulumun ‘azhim). Allah SWT nyatakan dalam Qs. Al Kahfi/ 18: 42: “Harta kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda sangat menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedangkan pohon anggur roboh bersama penyangganya dan dia berkata, “Aduhai, seandainya saja dahulu aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku.” Ia menyesal, tetapi penyesalannya itu terlambat datangnya dan malah tidak berguna. Selanjutnya dalam Qs. Al Ahzab/ 33: 66 disebutkan penyesalan berikutnya adalah karena tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Disebutkan: “Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka. Mereka berkata, “Aduhai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.” Secara tegas ayat ini menyatakan bahwa penyesalan bagi penghuni neraka dikarenakan mereka tidak mau mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Tentang hal ini sudah jauh hari diingatkan Allah SWT dengan mereka yang berpaling dari peringatan Allah maka akan diberikan kehidupan yang serba sempit sebagaimana ditemukan dalam Qs. Thoha/ 20: 124. Berikutnya penyesalan juga akan dialami oleh orang-orang kafir yang dapat ditemukan dalam Qs. An-Naba/ 50: “Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu akan azab yang dekat pada hari (ketika) manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya dan orang kafir berkata, “Oh, seandainya saja aku menjadi tanah.” Penyesalan ini menimpa orang-orang kafir atas siksaan yang Allah berikan sehingga mereka mengeluh dan keluar kalimat penyesalan lebih baik jadi tanah dan tidak akan seperti ini balasan yang mereka terima. Bentuk penyesalan kelima adalah adanya manusia yang menyesal karena harta dan kekuasan yang sia-sia dan tidak digunakan untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Allah SWT maklumkan dalam Qs. Al Haqqah/ 69: 27 yang berbunyi: “Kekuasaanku telah hilang dariku.” Penyesalan ini karena ketika di dunia ia diberikan jabatan dan kekuasaan yang bisa mengatur dan mengendalikan orang lain namun tidak digunakan sebagaimana mestinya dan tiba masanya harus berakhir masa jabatannya. Ia mengira kekuasaannya akan kekal ternyata menimbulkan penyesalan pada masanya nanti. Penyesalan keenam yang akan dialami oleh orang-orang tertentu adalah karena mereka dikala hidup di dunia tidak beriman kepada Allah dan mengimani al Quran. Firman Allah SWT dalam Qs. Al-An’am/ 6: 27 menyatakan: “Seandainya engkau (Nabi Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, dan kami menjadi orang-orang mukmin.” Akibat dari mendustakan ayat-ayat Allah dengan kekufurannya maka Allah SWT memberikan balasan yang dahsyat kepada mereka sebagaimana ditemukan dalam Qs. Ibrahim/ 14: 7 yang memiliki ketersambungan makna antar ayatnya. Terakhir, penyesalan yang akan dialami adalah mereka yang menyesal karena semasa hidup tidak sholat, tidak memberi makan orang miskin, tidak percaya akan hari kiamat dan ghibah. Allah SWT menyatakan dalam Qs. Al Mudatstsir/ 74: 42-46: “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar? Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan salat. dan kami (juga) tidak memberi makan orang miskin. Bahkan, kami selalu berbincang (untuk tujuan yang batil) bersama para pembincang, dan kami selalu mendustakan hari Pembalasan”. Itulah jenis-jenis penyesalan yang akan dialami oleh manusia sementara penyesalan itu sama sekali tidak akan ada gunanya. Masa akhirat adalah masa mempertanggungjawabkan semua yang telah dilakukan di alam dunia.**

Komentar

Postingan Populer