Kematian Harus Disiapkan
Ah, belum sempat nih ke masjid
Maaf ya, lagi sibuk ntar kalau waktunya longgar ya
Ntar nunggu pensiun aja ya baru belajar al Quran
Itulah beberapa redaksi dari respon orang yang diajak untuk kebaikan dan mungkin itu pernah terlintas dipikiran anda, para pembaca yang mencari hidayah.
Kematian tidak mengenal waktu, tempat dan nama orang. Jika tiba, maka putus semua aktifitasnya, berhenti semua pekerjaannya, bahkan detak jantungnya mendadak stop. Itulah kematian yang datang tanpa prolog. Kalaupun ada prolog tidak akan anda gubris, mengapa? Tuh, katanya … Maaf ya, lagi sibuk ntar kalau waktunya longgar ya….
Saudaraku, tulisan ini mengingatkan pada kita kematian harus disiapkan. Apa yang disiapkan. Ya, mempersiapkan bekal. Bekal apa? Ya, bekal amal shaleh. Kita pasti pernah salah maka solusinya bertaubatlah. Ketika sudah bertaubat, maka istiqamahlah.
Renungkan kalimat di bawah ini:
“Orang yang beristighfar (mohon ampun kepada Allah) dengan lisan namun terus menerus melakukan dosa maka ia seperti orang yang mengolok-olok Tuhannya”.
Terdengarnya pengumuman kematian hendaknya dijadikan sebagai pengingat kita untuk mempersiapkan diri bahwa kita akan menyusul mereka. Siapkan bekal taqwa saudaraku, mulailah menjadwalkan membaca al-Quran & jika tidak bisa membaca Quran buang gengsimu mari belajar membaca al Quran. Jadikan masjid tempat sujudmu menghadap-Nya, sebarkan salam dan jangan ragu dan malu untuk memulai ucapan assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh pada orang yang engkau jumpai dan yakini ia saudaramu seiman. Bisa saja, ketika anda mulai kebaikan itu dan ajalmu tiba dan tanpa anda sadari anda telah menyiapkan diri untuk menemui kematian.
Pesan terakhir untuk lembar ini: awali setiap aktifitas sekecil apapun dengan menyebut basmalah. 📖
Komentar
Posting Komentar