PONSEL DUNIA AKHIRAT
Oleh Sholihin H. Z.
(Ruang Kamad, 040518)
(Ruang Kamad, 040518)
Di era serba
canggih dan digital saat ini, siapapun pasti sangat dekat dengan telepon
seluler (ponsel). Kedekatan kita dengan ponsel kadang mengalahkan kedekatan
pada orang-orang yang kita cintai disekitar kita, tanpa disadari itu kita
lakukan. Hingga tidur sekalipun kita seakan tidak bisa jauh dari benda
elektronik yang satu ini.
Kelebihan
dari alat telekomunikasi ini sudah tidak perlu dipelajari dan dikenalkan lagi,
tetapi bahwa benda yang satu ini menimbulkan efek yang kurang baik juga tidak
dapat dipungkiri, sebuah kisah ringkas ini kiranya menjadi renungan kita
bersama.
Suatu hari
seorang ibu membersihkan tempat tidur anaknya yang berusia pendidikan dasar,
saat ibunya membersihkan tempat tidur anaknya ia terbaca dengan sebuah tulisan
di kertas yang ada di bawah bantal anaknya. Saat suaminya memasuki kamar
anaknya dan menemui isterinya sedang menangis, sang suami bertanya apa yang
menyebabkan isteri menangis. Isterinya menjawab: “aku membaca tulisan anak
kita, tulisannya adalah AKU INGIN MENJADI SEBUAH PONSEL PINTAR, Orang tuaku
sungguh sangat mencintai ponsel pintar mereka. Mereka peduli ponsel pintar
mereka, kadang mereka lupa untuk peduli padaku. Bapakku pulang dari kerja, ia
lelah tetapi ia sempat untuk mengotak-otak ponsel pintarnya, tapi tidak bagiku,
aku juga perlu usapan kepala dari mereka.”
Lanjut
tulisan si anak, “Ketika orang tuaku melakukan beberapa pekerjaan penting dan
ponsel pintar berdering, dengan segera mereka mengangkat HP-nya, tapi tidak
untukku, bahkan jika aku merengek menangis sekalipun. Mereka bermain dan asyik
dengan ponsel masing-masing. Mereka berbicara dan mendengat dengan seseorang di
ponsel pintar, tapi mereka tidak pernah mendengarkanku, bahkan sekalipun aku
mengatakan sesuatu yang penting. Ponsel lebih mereka perhatikan daripadaku aku,
karenanya aku ingin menjadi ponsel pintar saja supaya selalu mendapat perhatian
orang tuaku”.
Saudaraku
yang mendapatkan titipan anak oleh Sang Pencipta, rawat dan jagalah anak-anak
kita, bimbinglah dalam tumbuh dan kembang mereka, berikan lingkungan yang
kreatif, kondusif dan edukatif, tidak terasa mereka akan beranjak remaja dan
dewasa dengan dunianya masing-masing, masa kecil mereka tidak akan pernah
kembali lagi, manjakanlah mereka dengan sewajarnya, sayangilah mereka karena
pada akhirnya kasih sayang yang kita berikan akan kembali kepada kita pada
saatnya nanti.
Bijak dan
cerdasnya kita mendidik anak-anak akan melahirkan cahaya mata, penyejuk jiwa
dan yang membanggakan orang tua. Kebahagiaan semacam ini tidak hanya akan
berdampak dunia tapi juga hingga akhirat. Siapkan anak keturunan kita supaya
mereka dapat menjadi saksi atas kebenaran yang telah kita lakukan pada mereka.
Hal ini juga ditegaskan
dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia lagi Agung mengangkat derajat
seorang hamba shaleh di dalam surga (ke tempat yang lebih tinggi). Kemudian
hamba shaleh itu bertanya: “Tuhanku, darimana saya mendapatkan (kemuliaan)
ini?” Allah berfirman: “Ini berkat permohonan ampunan anakmu untukmu”. (HR.
Ahmad, Thabrani, Baihaqi)
Anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya adalah ponsel
berharga, bahkan paling berharga. Berharganya anak tidak hanya sisi saat ini
(dunia) bahkan bisa memberikan efek pada sisi masa yang akan datang (akhirat).
Dengarkan curhat mereka, usap kepala mereka, perhatikan tumbuh kembang mereka
dan doakan. Karena doa menjadi senjata ampuh bagi seorang yang meyakini adanya
Zat Yang Maha Dahsyat.
Sejalan dengan hadits di atas, hadits populer yang dikenal tentang
putusnya amal manusia kecuali tiga perkara, satu diantaranya adalah doa anak
saleh yang mendoakan orang tuanya. Doa anak kepada Zat Pengabul Doa yang
mengharapkan orang tuanya diberikan kesehatan, kemurahan rezeki dan dimasukkan
ke surga. Siapa yang tidak menginginkan isi doa anak saleh tersebut? Jika
demikian keadaan anak saleh, maka kita selaku orang tuanya juga senantiasa
menggelantungkan dan mengharapkan makbulnya doa kepada Allah SWT untuk
kemuliaan mereka. Jangan tidak pernah mendoakan anak kita Saudaraku, baik doa
yang kita ucapkan maupun minta doa kepada orang lain yang orang itu kita yakini
dan tahu kedekatannya kepada Allah SWT.
Nabi Musa as pernah bertanya kepada Allah SWT tentang siapa yang akan mendampinginya
memasuki surga. Allah SWT mengatakan bahwa Musa akan masuk surga didampingi
oleh seorang penjual daging kambing. Musa as terperanjat dan heran, apa amalan
sang penjual daging kambing sehingga ia nanti akan mendampinginya saat masuk
surga. Diikuti dan diamati oleh Musa as mengenai aktivitas keseharian sang
penjual daging kambing itu. Pagi membuka barang jualannya, tiba waktu sholat
Zhuhur ia berjamaah, saat sore ia pulang ke rumah dan aktivitas semacam ini
kata Musa as adalah hal biasa, tetapi mengapa aku dikatakan oleh Allah SWT akan
masuk surga bersama penjual daging kambing? Yang membuat Musa as meyakininya
adalah ternyata setelah penjual daging kambing tiba di rumah, ia mempersiapkan
segala sesuatunya untuk keperluan ibunya yang ada dirumah, ibunya yang sudah
lanjut usia yang setiap hari dimandikan, diberi pakaian dan disuapi makan
minumnya. Setiap selesai melakukan aktivitas itu, sehingga ibunya bersih,
kenyang dan merasa nyaman, ibunyapun berdoa, “Ya Allah, Masukkan Anakku Bersama
Musa”.
Saudaraku, kisah ini mengajarkan kepada kita, amalan yang rutin
terlebih lagi jika dalam rangka membuat senang dan tenang orang tua adalah
amalan yang dahsyat, dan anak yang menjadi titipan Allah SWT bisa menjadi celah
memasuki surganya Allah SWT dan atau sebaliknya.
Mari kita didik anak-anak kita dengan didikan yang saleh semoga
menjadi investasi akhirat yang sesungguhnya. **
Komentar
Posting Komentar