Dari Biasa Menjadi Luar Biasa dengan DUIT
(Ruang Tengah Blok G. 30, April 2018)
Norman
Vincent Peale dalam bukunya You Can if You Think Can (2015: 132) pernah
menuliskan tentang potensi manusia yang luar biasa. Permisalan yang
dikemukakannya adalah antara seekor ayam dan elang. Ada seseorang yang
meletakkan sebutir telur elang di sarang ayam betina yang sedang mengerami
telur-telurnya. Bersamaan dengan menetasnya telur ayam maka menetas juga telur
elang sehingga keluarlah seekor elang
kecil bersama anak-anak ayam. Elang kecil dibesarkan di antara ayam-ayam dan
tidak pernah tahu bahwa dirinya bukanlah seekor ayam. Selama beberapa saat dia
merasa puas dan menjalani kehidupan ayam yang normal.
Semakin hari
semakin bertambah besar elang ini, dalam proses tumbuh kembangnya ini anak
elang ini mulai mengalami kegalauan. Kegalauan berawal dari bentuk fisik yang
agak berbeda, sesekali elang berpikir, “aku pasti lebih dari sekadar seekor
ayam”. Tapi pikiran itu hanya melintas tanpa ada makna bagi elang.
Suatu hari
seekor elang besar melintas terbang di atas pekarangan peternakan ayam dimana
elang tinggal. Elang kecil merasakan adanya kekuatan baru yang aneh di
sayapnya. Dia tersadar akan detak jantung yang bedar didadanya. Elang kecil
berujar, “Aku ingin seperti itu. Pekarangan ayam bukan untukku. Aku ingin
mendaki langit dan bertengger di tebing gunung”. Elang kecil itu belum pernah
terbang, tetapi dirinya menyimpan kekuatan dan naluri. Dia membentangkan
sayapnya dan melayang ke pncak bukit yang rendah. Merasa gembira, dia terbang
ke puncak bukit yang lebih tinggi dan akhirnya terbang ke angkasa menuju gunung
yang tinggi. Dia telah menemukan dirinya yang hebat.
Cerita ini
memberikan pesan setidaknya dua hal bahwa setiap makhluk (baca: manusia)
menyimpan potensi untuk tumbuh kembang maksimal melebihi apa yang disadari saat
ini. Membuka diri untuk menerima hal positif adalah pintu pertama menuju ke
sesuatu yang luar biasa. Anak yang dulunya kelihatannya biasa-biasa saja, satu
saat kita temukan dalam kondisi yang sudah luar biasa. Bahasa motivasi dan
sikap yang menginspirasi bisa jadi
menjadi semacam tolak peluru yang membuat kita terbang jauh dan melebihi garis
finish yang diharapkan.
Sebuah kata
bijak mengajarkan kepada kita, jika anak dibesarkan dengan dorongan maka ia
belajar percaya diri, dan jika anak dibesarkan dengan pujian maka ia belajar
menghargai. Karenanya kita dilarang untuk memvonis anak sebagai anak yang
bodoh, dalam dunia pendidikan tidak ada istilah anak bodoh yang ada adalah anak
yang lambat dalam menerima pelajaran. Mengapa? Bisa jadi ia lemah untuk satu
kompetensi tetapi ia memiliki potensi lain yang justru mencitrakan ia anak yang
potensial dan berbakat. Howard Gardener menyebutkan ada delapan macam
kecerdasan yang dimiliki setiap anak, kecerdasan linguistik; logik matematik;
kecerdasan musik dan sebagainya. Dari berbagai kecerdasan ini menunjukkan bahwa
anak-anak kita bisa menjadi anak yang luar biasa dan dahsyat.
Segala
potensi ini kadang ditutupi oleh kekurang percayaan diri kita. Beginilah
kondisiku, aku hanya manusia biasa, aku orang tidak mampu. Omongan ini adalah
fakta, bahwa kita sering mematok diri kita hanya setinggi pengharapan diri kita
saja. Waktu yang disediakan dalam sehari semalam ada 24 jam, namun mengapa dari
24 jam ini ada orang semacam Bung Karno dan Bung Hatta, ada manusia bernama
BJ.Habiebie, ada orang sukses sementara ada juga orang yang gagal dan langsung
patah semangat. Dari sekian banyak pendorongnya salah satunya adalah karena
keinginan mereka untuk berbuat lebih dan lepas dari kondisi kemapanan yang ada.
Sukses adalah
milik semua orang, sukses bukan hanya milik orang tertentu. Tapi milik orang
yang ingin sukses. Dan kesuksesan itu bisa diperoleh karena adanya DUIT. DUIT
adalah akronim dari Doa, Usaha, Ikhtiar dan Tawakkal. Awali aktivitas dengan “doa”,
doa sebagai bentuk keyakinan bahwa kita sehat, kita ada dan bisa beraktivitas
karena Ia masih berkenan memberikan itu semua untuk kita, doa mengajarkan jika
gagal tidak putus asa dan jika berhasil tidak sombong dan merasa semua karena
aku. Dengan adanya “usaha” mendidik kita untuk berpola pikir bahwa apapun yang
menjadi keinginan kita dan untuk mewujudkan harus dengan kerja dan
beraktivitas. Tidak bisa sekedar berpangku tangan mengharapkan hujan emas dari
langit. Sementara “Ikhtiar” mengajarkan kita untuk cerdas memilih dan menandai
diri kita untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan skill dan kompetensi
yang dimiliki. Ini mengisyaratkan bahwa sesuatu yang dikerjakan dikarenakan
keahlian maka akan menghasilkan sesuatu yang maksimal namun jika dikerjakan
oleh yang bukan ahlinya maka tunggu kehancurannya. Dan terakhir “tawakkal”,
sikap ini bermakna penyerahan diri setelah melalui doa dan proses usaha. Apapun
yang menjadi keinginan kita kadang tidak sepenuhnya terwujud sebagaimana yang
diinginkan tetapi yakinlah bahwa apa yang ada adalah yang terbaik. Bukankah Dia
Maha Rahman Maha Rahim?
Tugask ita
adalah menjadi role model bagi anak-anak kita, menyediakan lahan untuk
mereka agar menjadi manusia biasa yang luar biasa, menjadi diri untuk bertindak
sebagai inspirator dan spirit bagi anak-anak kita dan yakinlah bahwa diantara
pesan-pesan yang disampaikan kepada mereka bahwa ada message yang
menjadi perhatian mereka dan itu
mengubah pola pikir mereka untuk sebuah kesuksesan. Semoga*
Komentar
Posting Komentar