Mentadabburi Isra Miraj; Dari Ibadah Individual Menuju Ibadah Sosial
Hujjatul Islam, Imam Ghazali pernah mengatakan, “Seseorang tidak disebut berilmu bila hanya
sibuk menghafal (teks) tanpa memperhatikan filosofi-filosofi dan
rahasia-rahasia di dalamnya.” Ini bermakna kebermanfaatan seseorang adalah
salah satunya dinilai sejauh mana ia bisa mentransfer nilai-nilai ibadah ritual
menjadi sikap dan wujud tingkah laku positif di kehidupan keseharian.
Sederhananya bagaimana menjadikan ibadah yang individual menjadi bermakna
sosial.
Tulisan ini secara singkat memaparkan dan memahami
point-point yang ada dalam gerakan sholat sebagai awal memahami nilai-nilai
yang terkandung dalam ibadah ritual ini. Dengan harapan semoga ibadah ritual
yang dilakukan tidak berhenti sebagai ajaran formal belaka tapi mampu dimaknai
dalam kehidupan nyata.
Merapatkan dan meluruskan shaf awal perintah awal yang harus
disampaikan imam pada makmum yang hadir. Rapatnya barisan mengindikasikan untuk
mencapai tujuan maka modal utama harus dekat, akrab dan rapat. Diawali dengan
takbiratul ihram, Allahu Akbar, fokuskan pikiran dan pandangan kita hanya di
tempat sujud (sajadah). Tidak memandang ke atas, ke kiri dan ke kanan. Nilai
spiritual yang dapat dipetik lebih pada pengasahan jiwa (psikologis) yakni
mensyukuri atas nikmat Allah SWT yang tidak terhitung banyaknya dan sungguh
tinggi nilainya. Bersyukur punya mobil, tetangga baru punya motor dan
mudah-mudahan mobil yang ada bisa bermanfaat untuk kemashlahatan orang sekitar.
Yang memiliki motor, alhamdulillah masih punya motor, kawan akrab masih
punya sepeda, mudah-mudahan yang punya motor, motornya bisa membantu orang
lain, yang pakai sepeda syukur bahwa masih bisa berjalan agak jauh dibanding
yang jalan kaki, yang jalan kaki bersyukur masih bisa melangkah dengan tegak,
tetangga kompleks sedang diopname di rumah sakit dan hanya bisa tergeletak tak
berdaya, yang sedang opnamepun masih bersyukur karena masih bisa berzikir,
mohon ampun dan bisa berjumpa dengan orang lain. Selanjutnya? Sudah tidak ada
kesempatan lagi karena yang berikutnya adalah pengumuman telah meninggal dunia
saudara fulan bin fulan.
Perumpamaan di atas bukan berarti mematikan usaha untuk lebih
baik dan lebih baik, tetapi dengan imtitsal ini mengajarkan qonaah (syukuri apa
yang ada) dengan terus berusaha ke arah yang lebih baik. Mengapa? Karena mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah,
mukmin yang kuat ekonominya, kuat pendidikannya, kuat ilmunya akan lebih banyak
bisa berbuat dari pada yang lemah.
Pelajaran ini memberikan makna bahwa jika kita masih
diberikan kesempatan untuk menghirup udara di bumi ini, masih melihat matahari
maka berbuat baiklah dengan apa yang kita miliki dan itu berarti kita masih
diberi kesempatan untuk berbuat baik dan berbuat baik. FOKUS PADA PEKERJAAN.
Gerakan ruku, sebagai bentuk penghambaan pada Yang Serba
Maha, Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Kuasa dan sebagainya. Bahwa setiap
kita akan mengalami masa ini, bagi yang dulunya tegak, tegar, kokoh maka akan
menemui masa kelemahan, yang dulunya bertumpu pada dua kaki, sekarang tangan
ikut menahan beban kita. Ketika itulah harus disadari bahwa tidak selamanya
siapapun akan kokoh berdiri karenanya di saat ia berdiri okoh maka ingat dan
santuni siapapun yang bisa saja kita dipertemukan Allah SWT dalam kondisi yang
berubah 180 derajat. Orang yang dulu biasa saja, dengan kondisi serba
kekurangan namun dipertemukan dengan kondisi yang mengagumkan, kondisi serba
ada dan menentukan.
Ketika kondisi ruku inilah kita tetap diingatkan untuk
mensucikan-Nya, dalam kondisi yang mulai melemah kita diajarkan untuk tetap
ingat pada-Nya. JANGAN LUPAKAN ALLAH.
Untuk sesaat kita bangkit dari ruku dengan terus memujinya, Robbanaa
Walaka Hamd. Selanjutnya betul-betul kita diperintahkan pada gerakan yang
membuat kita tersungkur sebagai bentuk ketundukan yang sebenar-benarnya. Kepala
yang kita hormati, kepala yang berada pada bagian paling atas, kepala yang
tidak boleh siapapun memainkannya, tapi ketika sujud dihadapan Allah, sama rendahnya
dengan telapak kaki, sama rendahnya dengan alas kaki kita, sama rendahnya
dengan semua orang yang sujud. Sama di hadapan Allah, yang paling baik adalah
yang paling bertakwa (QS. Al-Hujurat/ 49: 13); yang paling baik adalah yang
paling berkualitas amalnya (Qs. Al-Mulk/67: 2).
Posisimu ketika tegak, mulai melemah dan selanjutnya
tersungkur, itulah fase kehidupan yang akan dialami oleh siapapun. Tetapi bahwa
dalam kondisi serendah itupun kita dianjurkan untuk tetap memujinya, Maha
Suci Engkau ya Rob. Tetapi ia tahu, untuk hamba-hambanya yang senantiasa
sujud, maka kepada mereka diberikan kabar gembira bahwa kedekatan seorang
makhluk pada Khaliqnya adalah saat ia melakukan sujud dengan tujuh anggota
tubuhnya yang menyentuh tanah (tempat sujud), karenanya perbanyak doa dan sujud
pada Sang Khaliq.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengingatkan kita dengan filosofis sujud. Bahwa sujud mengingatkan
akan asal kita yakni dari tanah, kemudian berbagai aktifitas di muka bumi dan
pada akhirnya akan kembali ke tanah, masuk ke liang lahar dan kembali menjadi
tanah. Orang yang rajin sujud sejatinya adalah orang yang diberi kesempatan
Allah SWT mengikis kesombongan dan keangkuhan. Jadi, aneh bin ajaib,
jika ada orang yang rajin sujud tapi angkuh, sombong, selalu ingin menang
sendiri dan menganggap remeh orang lain. Seharusnya orang yang rajin sujud
adalah mereka yang menghargai orang lain, yang tawadhu dan menyayangi sesama.
JADILAH MANUSIA YANG RENDAH HATI.
Akhir dari ibadah sholat adalah salam. Salam sebagai pertanda
sholat akan berakhir. Secara umum salam artinya kedamaian atau keselamatan.
Makna yang lebih dalam adalah bahwa siapapun harus menebarkan salam kedamaian
dan keselamatan dimanapun ia berada, dengan siapapun ia berteman dan dalam
kondisi apapun disekitarnya. Nasaruddin Umar dalam bukunya The Spirituality
of Names, Merajut Kebahagiaan Hidup dengan Nama-nama Allah (2008:
247) menyebutkan bahwa makna salam ini penekanannya lebih bersifat batiniyah,
bukan dalam pengertian fisik. Sebab yang merasakan kedamaian atau ketenteraman
adalah batin, bukan fisik.
Peduli dengan saudara yang ada di sebelah kita, kanan dan
kiri, yang disimbolkan dengan ucapan salam saat akhir sholat harus mampu kita
transfer spiritnya dalam kehidupan. Berbagi makanan, tidak menghidupkan suara musik
dengan sangat keras, menyampaikan pesan tetangga adalah diantara makna salam
sebagai terwujudnya kedamaian bagi siapapun.
Orang yang memahami hakikat salam maka ia menjadi manusia
solutif, sekitranya tidak merasa terganggu dengan keberadaannya, kedatangannya
menggenapkan, kepergiannya mengganjilkan.
Salam, sebagaimana istilahnya, siapapun dan dimanapun ia
berada harus membawa kedamaian dan bukan menjadi bagian dari persoalan, justru
ia harus menjadi bagian dari penyelesaian masalah.
Isra Mi’raj menjadikan kita sebagai
makhluk yang diberi akal utuk dapat menjadikan peristiwa tersebut sebagai starting
point menuju pelaksanaan ibadah yang lebih baik, yang terpenting mampu
menterjemahkan nilai-nilai ibadah ritual menjadi lebih bermakna dan dekat
dengan kehidupan keseharian kita. Semoga*
*Guru MAN 2 Pontianak
*Ketua PC Pergunu Kota Pontianak
* Materi yang sama pernah disampaikan dalam Peringatan
Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Aula Bappeda Kota Pontianak, 12 April 2019
* Diselenggarakan oleh Dharma
Wanita Persatuan Kota Pontianak
Komentar
Posting Komentar