Untuk Apa Allah Ciptakan Keburukan?
Tulisan ini terinspirasi dari
satu pertanyaan seorang siswa kepada penulis, “Pak, kalau Allah itu Maha
Penyayang dan ingin hamba-Nya masuk surga, lantas untuk apa Allah ciptakan
keburukan dan kejelekan, bukankah itu mubazir?”
Singkat namun menohok kesadaran
sebagian orang. Mengapa Allah ciptakan ketidakbaikan dan keburukan? Setelah
dikaji ternyata jawabannya tidak sesingkat pertanyaannya. Dan
pertanyaan-pertanyaan sejenis bagi penulis untuk usia mereka adalah pertanyaan
yang wajar dikala masa pencarian jati diri, siapa aku, bagaimana aku bisa eksis
dan sejumlah gejala psikologis lainnya. Penulis yakin, yang mereka butuhkan
bukan sekedar jawaban vonis tetapi lebih kepada dialogis. Mereka butuh untuk
difahami, mereka ingin kegundahan mereka didengar dan ada yang menjadi tempat share
bagi mereka. Memposisikan diri sebagai orang yang dituakan menjadi tema
menarik lainnya.
Sebelum penulis mengerucut pada
jawaban siswa tersebut. Penulis angkat dulu dengan satu pemahaman untuk
kemudian menjadi kesepakatan (antara penulis dan siswa) bahwa dalam diri kita
ada potensi jahat dan potensi baik. “Dasarnya apa pak?” sergah siswa. “Dasarnya
adalah QS. Asy-Syam/92: 8”. Dasar yang lain, jawab penulis adalah pernah kita
berpikir untuk berbuat jahat? Mungkin ingin menyembunyikan pulpen teman, ingin ngerjain
teman, jawaban yang menyakitkan hati dan lain-lain, jawab siswa“pernah pak”.
Itu menunjukkan bahwa statemen al-Quran itu jelas ada.
Surat Asy-Syams/91 ayat 8 menyebutkan
bahwa Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Ini
menunjukkan bahwa dalam diri manusia itu ada bisikan kebaikan yang merupakan
petunjuk ke jalan Allah (sabilillah) dan juga ada bisikan untuk mengarah
ke jalan syetan (sabilisysyaithan). Mana yang paling dominan maka itulah
yang muncul kepermukaan. Bagaimana ia bisa dominan? Karakter seseorang
terbentuk bisa dari siapa ia berteman, apa yang didengar dan tontonnya dan
referensi literatur apa yang dibacanya. Kesimpulannya adalah lingkungan menjadi
faktor penting pembentukan karakter seseorang.
Lantas dimana kaitannya dengan pertanyaan siswa di
atas, penulis lanjutkan lagi dengan pertanyaan berikutnya, “bagaimana kita bisa
merasakan nikmatnya sehat? Bahwa kalau kita sehat kita bisa melakukan berbagai
aktifitas yang kita senangi, kita bisa berbuat sebagaimana kebiasaan
sehari-hari, sehat adalah segalanya”. Sejenak ia berpikir, kemudian keluar
jawaban, “kita terasa nyaman sehat pak, kalau kita sedang sakit?” Penulis
sergah dengan pertanyaan, “kamu mau sakit?” “Ya, ndak pak? karena kalau
sakit saya ndak bise ngape-ngape”. “Kalau begitu untuk apa
engkau diberikan Allah dengan sakit? “Supaya saya bisa merasakan nikmatnya
sehat”, “Jadi, ketika adanya sesuatu yang menimpamu dengan ketidaknyamananmu
seperti ada musibah, Allah ingin mengangkat nilai kesabaranmu supaya muncul,
ketika engkau diolok orang, Allah ingin munculkan keikhlasanmu, ketika engkau
diremehkan orang, Allah ingin munculkan tawadhumu, ketika engkau dibully,
Allah ingin munculkan sifat sabarmu, ketika engkau gagal meraih sesuatu, Allah
ingin munculkan ikhtiarmu. Keburukan yang diciptakan Allah bukan untuk membimbingmu
menjadi orang yang tidak baik tetapi justru sebaliknya dengan keburukan itu
Allah ingin melatih engkau sabar, jujur, tawadhu, qonaah dan sebagainya.
“Anakku, Allah itu sangat sayang dengan kita, begitu
sayangnya Allah dengan kita, kita dibimbingnya untuk senantiasa mengingatnya
dalam setiap aktifitas”. Renungkan, adakah aktifitas kita yang tidak disertai
dengan doa? Sejak kecil kita diajarkan untuk mengawali aktifitas dengan doa,
setidaknya dengan bismillah. Mau turun dari rumah, mau naik kendaraan,
mau makan, selesai makan, masuk wc, keluar wc, mau tidur, bangun tidur.
Semuanya melibatkan Allah karena ada nama Allah disitu. Ini seakan-akan
mengajarkan kepada kita, “Wahai hambaku, jangan lupakan AKU dalam setiap
aktifitasmu, engkau sukses dan mencapai kedudukan yang terhormat sekarang bukan
semata karena engkau pintar, bukan karena semata engkau cerdas, IQ mu tinggi,
lobbymu bagus, tetapi karena ada campur tangan KU disitu, kata Allah”.
Terlalu panjang untuk dilanjutkan, kesimpulannya
adalah bahwa keburukan atau ketidaknyamanan yang diberikan Allah adalah supaya
muncul nilai-nilai Ilahiyah dalam setiap aktifitas kita. Karenanya didikan
untuk husnuzhzhan atau positive thingking itu perlu untuk diajarkan kepada siapapun.
Semoga* (Blok G.30)
Komentar
Posting Komentar