Manusia
“Pekak Lantak”
(Website Kalbar.Kemenag. 09 Jan 17
dan Harian Suara Pemred 11 Januari 2017)
dan Harian Suara Pemred 11 Januari 2017)
Dalam
Kamus Besar Bahasa Pontianak, istilah pekak lantak diartikan tuna rungu.
Dalam keseharian, istilah ini lebih kepada makna kiasan. Digambarkan sebagai
seseorang yang tidak mau mendengarkan petuah atau nasihat dari siapapun,
kalaupun sebenarnya mendengar tetapi dibuat pura-pura tidak mendengar. Kondisi
sama sekali tidak mau mendengarkan orang lain untuk kebaikan, demikian
kira-kira makna dari manusia ini.
Secara
kasat mata, dalam keseharian tidak sulit menemukan manusia seperti ini. Tulisan
ini mencermati setidaknya ada tiga tipe manusia saat ia diberikan pengajaran,
saat disampaikan petuah dan nasihat, saat mendengarkan wejangan dan sebagainya.
Tipe
manusia pertama adalah mereka yang dilembutkan hatinya, mudah menerima nasihat
dan petunjuk, mudah tergetar saat mendengarkan ajakan-ajakan kebaikan. Manusia
dengan karakter ini kecenderungannya adalah menjadi orang yang arif dan bijak,
salah satu yang mendasarinya adalah karena mudahnya ia menerima petuah kebaikan
dari orang lain dan alam sekitarnya.
Tipe
berikutnya yakni manusia yang berubah-ubah sikap dan mentalnya. Plin-plan,
tatkala yang didengarnya adalah sesuatu yang menguntungkannya maka ia pun
mendekatinya tapi jika sebaliknya maka sikapnyapun dengan jelas kelihatan
menolaknya. Manusia bunglon, tergantung dimana ia berada. Konsistensinya
dalam in-konsistensi.
Tipe
terakhir yakni mereka yang diberi peringatan atau tidak diberi peringatan,
dinasihati atau tidak dinasihati tidak akan berpengaruh terhadap pola fikir
mereka. Tidak mau mendengarkan nasihat kala ada orang yang menasihati, tidak
mau beranjak kala ada orang yang mengajak, tidak mau membuka diri kala ada
orang yang mau berdiskusi, yang lebih fatal dari sikap ini jika mudah memvonis
atau menyalahkan orang lain tanpa check dan re-check.
Tidak
jarang kita mendengar orang yang menyesal setelah melakukan satu perbuatan,
disaat itulah kadang nasihat yang datang tidak dipedulikan, dianggap mengganggu
konsentrasi. Sebuah cerita anak berikut ini kiranya dapat mengubah pola pikir
kita untuk dapat mendengarkan nasihat orang lain.
Pada
suatu hari, kura-kura ingin sekali terbang dan melihat dunia sekitarnya. Tidak
lama kemudian Kanwil lewat dan melihat Kura-kura sedang berkhayal di tepi
danau. Kancil lalu bertanya kepada Kura-kura, “Kau sedang apa Kura-kura?” tanya
Kancil, “Aku sedang membayangkan bagaimana kalau seandainya aku bisa terbang.
Aku pasti bisa melihat dunia dan bahagia sekali,’ jawab Kura-kura. Lalu
Kura-kura melanjutkan, “Wahai Kancil, bisakah engkau membantuku?” Kancilpun
bersedia membantu Kura-kura.
Tidak
lama kemudian, Kancil datang dengan membawa temannya Itik dan Itok dan
menjelaskan bahwa kedua temannya inilah yang akan membantu Kura-kura untuk bisa
terbang. Berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak ditentukanlah hari yang
tepat untuk terbang, Itik menyodorkan sebilah kayu kepada Kura-kura dan
menyebutkan syarat utamanya yaitu tidak boleh berbicara atau membuka mulut selama
terbang. Kata Itok, “Kura-kura engkau gigitlah kayu ini dan kami akan membawamu
terbang”, Lalu dia menggigit kayu itu dan Kura-kura terbang dengan bantuan Itik
dan Itok yang masing-masing menggigit ranting kayu itu. Akan tetapi, saat
terbang, Kura-kura lupa dengan kesepakatan dan syarat utama yang disampaikan
sebelumnya, ia ingin bicara supaya bisa lebih jauh lagi dan serta merta gigitan
Kura-kura pada kayu menjadi terlepas dan Kura-kura terjun bebas ke bawah yang
menyebabkan tempurungnya retak. Kura-kura menyesal tidak mendengarkan nasihat
teman-temannya.
Jadilah
manusia yang mudah mendengarkan nasihat dan wejangan orang lain, kalau ndak,
manusia pekak lantak lah die.**
Komentar
Posting Komentar