Karena
Kita Cinta Indonesia
(Dimuat Di Pontianak Post, 22 Januari 2017)
(Dimuat Di Pontianak Post, 22 Januari 2017)
Seorang bijak berujar,
jika tidak ada ujian, jika tidak ada celaan, jika tidak ada musibah dan
kecelakaan dan sebagainya maka tidak akan nampak yang namanya kesabaran, tidak
akan kelihatan ketegasan, tidak akan nyata wujud sebuah komitmen. Berbagai
kejadian negeri ini yang seakan sedang diuji dengan berbagai peristiwa baik
yang menyangkut sejumlah norma dan aturan bernegara, maupun peristiwa alam.
Jika kita mampu melewatinya dengan kecerdasan baik kecerdasan emosi, kecerdasan
intelektual telebih-lebih lagi kecerdasan spiritual.
Tokoh agama, tokoh
politik dan yang peduli dengan nasib bangsa ini manakala melihat kondisi bangsa
ini membuat kita cemas dan khawatir. Kedamaian yang ada, kerukunan yang akur, keragaman
yang nyata, saling melengkapi bak indahnya bunga-bunga beraneka ragam sedap
dipandang mata.
Kedamaian adalah dambaan setiap manusia, bukan hanya manusia, semua
makhluk juga ingin kedamaian. Kedamaian bukan hanya sebatas konsep tetapi wujud
nyata dari kedamaian itu yang lebih perlu. Kedamaian menjadi sangat penting
kala terjadi kekisruhan di dalamnya, kedamaian menjadi sangat penting kala
setiap hari cek-cok. Ternyata kedamaian itu sangat penting dan mahal.
Kerukunan adalah istilah yang sarat dengan makna “baik” dan “damai”,
sederhananya keluarga yang rukun adalah keluarga yang saling melengkapi, tidak
saling tuduh, sakitmu adalah sakitku, sakitku adalah sakitmu jua. Kita berada
dalam bingkai sebuah keluarga, keluarga si A, keluarga si B, keluarga si X,
hingga sebagai keluarga besar sebuah bangsa bernama Indonesia.
Indonesia adalah bangsa yang ragam sekali, suku dan agamanya, budaya
dan seninya, dialek dan intonasinya. Dengan ikatan Pancasila, Bhinneka Tunggal
Ika, UUD 1945 di dalam kerangka Negara Kesatuan Indonesia menjadikan kita satu
bangsa, satu bahasa, satu tanah air. Tidak banyak bangsa di dunia ini yang
memiliki kesatuan komitmen seperti halnya Indonesia. Hal yang lebih penting
adalah menyikapi keragaman itu bagai banyaknya kembang dalam tempat yang luas,
dan tempat itu lagi-lagi bernama Indonesia.
Dewasanya seseorang akan nampak pada cara ia berfikir, cara bertindak
dan cara ia merespon orang lain. Sebagai catatan penting, cara berfikir dan
cara bertindak kita kadang tidak mampu kita batasi sebagai bentuk arif dan
bijak dalam memahami orang lain. Yang muncul adalah kebebasan tanpa batas. Kebebasan
tanpa memandang wilayah private
orang lain.
Kebebasan yang sebebas-bebasnya. Jika ini yang mengemuka, anarkis dan
kesombongan yang menguat. Jika sikap merasa lebih baik dengan menafikan orang
lain ini ada pada kita sesungguhnya kita telah terjebak pada maka kesombongan
itu sendiri, bukankah sombong adalah menolak kebenaran dan memandang remeh
orang lain.
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, Indonesia bangsa yang kaya,
Indonesia adalah bangsa yang dibangun di atas perjuangan dengan pengorbanan
harta, keluarga hingga nyawa. Pelajari sejarah, bagaimana negeri ini bertahan
dari berbagai rongrongan, zaman Belanda, zaman Jepang, NICA, pemberontakan demi
pemberontakan dan masih banyak lagi lainnya, sejarah ini harus mengajarkan
kita, saat ini tugas kita menjaga semangat kepahlawanan para pendahulu kita.
Saatnya didik generasi penerus dengan konsep dan tindakan yang menunjukkan
cinta Indonesia, saatnya pejabat dan konglomerat tunjukkan sikap cinta
Indonesia, saatnya tokoh-tokoh informal tunjukkan semangat kebangsaan karena
cinta Indonesia. Inilah keluarga kita, keluarga Indonesia, inilah rumah kita,
rumah Indonesia, inilah tempat kita berpijak, tanah air Indonesia. Karena Kita
Cinta Indonesia. Semoga.**
Komentar
Posting Komentar