AJARI KAMI CINTA INDONESIA
Bagi
yang memulai masa pendidikan dasarnya di tahun 1980-an sangat faham sekali
dengan mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) dan PSPB (Pendidikan
Sejarah Perjuangan Bangsa). Kedua mata pelajaran ini tidak hanya diajarkan di
bangku sekolah, tetapi semangatnya tetap diasah meskipun di luar kelas,
sehingga dikala itu ditayangkan di media elektronik seperti televisi hingga bioskop. Salah satu tugas siswa kala
itu adalah wajib menonton tayangan tersebut dan kemudian menuliskan resume dari
tayangan itu. Sebutlah tayangan Pemberontakan PKI dengan Gerakan 30
September-nya yang merupakan peristiwa menyakitkan bagi bangsa ini, sebutlah Janur
Kuning, film perjuangan Indonesia
produksi 1979 yang disutradarai oleh Alam Rengga Surawidjaja. Bahkan dianggap
tidak sah sebagai mahasiswa kala itu jika tidak mengikuti Penataran P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Eka Prasetya Pancakarsa.
Disaat itu, terasa sekali kewajiban untuk
menyaksikannya, tayangan –yang bagi anak-anak- adalah tayangan yang tidak
humoris, tayangan yang penuh dengan ketegangan, tetapi ternyata dibalik
kekesalan untuk menonton tayangan itu tergambarkan bahwa inilah salah satu cara
negara menumbuhkan cinta tanah air, cinta dengan pahlawan, cinta dengan
perjuangan untuk sebuah kemerdekaan dan bahwa untuk ada hingga saat ini,
Indonesia melewati proses jatuh-bangun yang tidak boleh dikatakan gampang dan
mudah. Tetesan darah, tangisan, hingga nyawa taruhannya menjadi pengorbanan
yang tak ternilai karena begitu tinggi maknanya.
Dengan cara inilah, hingga saat ini, yang
menempuh masa pendidikan dasarnya di era 1980-an ternyata menumbuhkan rasa
cinta tanah air, bagaimana akan tumbuh cinta tanah air kalau tidak dikenalkan,
dari sisi inilah, jika ada pandangan untuk menghidupkan kembali mata pelajaran
ini dapat dilihat posisi positifnya.
Hal lain yang mendasari perlunya semangat ini
terus untuk digelorakan adalah melihat kondisi bangsa ini yang sepertinya
menjadi bangsa yang sensitif, mudah tersulut emosi sehingga memunculkan
kekhawatiran dan kecemasan dalam berbangsa dan bernegara. Hal-hal kecil yang
jika tidak ditangani dengan cermat jika dibiarkan akan menjadi bahaya yang
lebih besar.
Berbagai peristiwa yang mengindikasikan ke arah
destruktif tanpa ada penjelasan, tindakan nyata yang elegan dan konstruktif
akan memberikan pelajaran berarti kepada anak bangsa ini, seperti halnya ketika
kita memberikan punishment kepada
anak, selain memberikan sanksi sebagai ganjaran sebuah kesalahan
maka yang terpenting adalah bahwa apa
yang dilakukannya adalah sebuah kekeliruan, bahwa tindakannya adalah tidak
benar. Sebagai bangsa yang sudah 71 merdeka, mungkinkah kita tidak tahu bawa
apa yang dilakukan adalah sebuah tindakan yang membahayakan negeri ini?
Sejak dulu, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
patuh, ramah, dan cinta pada kedamaian. Karakter-karakter inilah yang harus
dimunculkan, bukankah salah satu aspek penilaian seseorang kepada kita adalah
bukan sejauh mana penguasaan knowledge-nya tapi sejauh mana treatment
dan afektifnya memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi sekitar kita.
Kenyataan menunjukkan anak-anak kita yang masih
dibangku sekolah, bingung ketika ditanya siapakah pahlawan revolusi, peristiwa supersemar,
bahkan pernah menulis menanyakan apakah kepanjangan dri G.30/PKI saja mereka
ada yang tidak tahu. Meskipun pertanyaan di atas tidak dapat dianggap mewakili
aspek yang diinginkan, setidaknya ini menunjukkan bahwa sejarah bangsa ini
dengan jatuh-bangunnya tadi itu harus diajarkan kepada anak-anak, harus
diajarkan kepada mereka sejarah bangsa ini, mereka boleh tahu sejarah negara
tetangga, mereka boleh tahu siapa pejabat negara di negara lain tetapi mereka
wajib tahu tentang negeri ini. Pendidikan bela negara penting, tapi
menjadikannya sebagai program pendidikan untuk tahu sejarah bangsa mulai dari
pendidikan dasar hingga perguruan tinggi sepertinya sebuah keharusan jika kita
tidak ingin mereka justru bangga dengan bangsa lain. Indonesia ada saat ini
salah satunya adalah karena adanya semangat dan spirit JASMERAH, Jangan Sekali-kali Meninggalkan
Sejarah.
Pendidikan sangat efektif untuk menanamkan
nilai-nilai kebangsaan, media untuk menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air dan
itu akan menjadi wujud nyata dalam bentuk tingkah laku yang menandakan bahwa
kita cinta Indonesia, karenanya, ajari kami untuk cinta Indonesia. Semoga**
Komentar
Posting Komentar