Stabilisator
(Ruang TU MTs
ASWAJA, 9 April 2018)
Merujuk
kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “stabilisator” berarti orang
atau alat dan sebagainya yang membuat stabil. Dari pengertian ini memunculkan
pemahaman bahwa siapapun (orang) dan benda (alat) yang dapat membuat suasana
menjadi stabil, tidak oleng, tidak terombang ambing dapat
dikategorikan sebagai makna dari “stabilisator”.
Seorang
yang memainkan peran dan sebagai problem solver adalah
kategori manusia yang menginginkan adanya kestabilan. Konsepnya adalah dengan
adanya kestabilan maka apapun akan dapat dikerjakan dengan tenang dan
berlanjut, artinya juga bahwa apa yang dapat dilakukan dan dihasilkan ditengah
kekacauan dan ketidakstabilan? Ibarat sebuah rumah tangga yang suami isteri
tidak harmonis, suami merasa senang dan betah di luar rumah, sementara isteri
tidak peduli dengan urusan rumah tangganya, anak-anak tidak terkontrol karena
tidak ada waktu untuk menyapa dan menyentuhnya dengan kasih sayang, sekolahnya
tidak terurus, belajarnya tidak terawasi, teman bermainnya tidak terkontrol,
dalam suasana semacam ini, maka keluarga tersebut besar kemungkinan akan
menjadi keluarga yang hancur lebur, broken home dan liar.
Dengan gambaran keluarga semacam itu akankah terwujud keluarga yang menjadi
dambaan semua orang, yang umum diharapkan yakni keluarga yang sakionah,
mawaddah wa rohmah? Jauh panggang daripada api, bagaimana akan mewujudkan
keluarga yang demikian manakala masing-masing bergerak dengan semau
gue tanpa aturan. Keluarga yang ideal adalah yang berjalan sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Stabil bukan tidak bergerak, stabil bukan tetap
ditempat. Stabil adalah manakala semua porosnya bergerak sesuai dengan garis
edarnya. Kala semua elemen berfungsi sebagaimana mestinya, stabil adalah adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Orang yang berpikir stabil sering
dilawankan dengan jiwa yang labil.
Berpikir
stabil berarti berpikir secara bijak, cerdas dan pandai menempatkan. Bijak
dalam arti apa yang dikeluarkan untuk dikonsumsi oleh siapapun menjadi sebuah
ketenangan yang mengarah pada kestabilan orang yang mendengarnya. Bicaranya
adalah emas dan diamnya adalah perak. Emas dan perak menunjukkan dua harta
benda yang memiliki nilai yang tinggi. Inilah yang dinyatakan oleh Rasulullah
SAW, “Bicaralah yang baik atau diam”.
Keluarga
yang ideal adalah yang masing-masing faham dengan tupoksinya (tugas pokok dan
fungsinya). Ayah memainkan peran sebagaimana layaknya seorang kepala keluarga,
ibu memainkan peran sebagaimana mestinya seorang yang penuh dengan kelembutan
dan penuh dengan “rasa”nya, anak-anak memahami tugas dan kewajiban demikian
djuga dengan anggota keluarga lainnya. Jika sudah demikian, maka apa yang
diharapkan akan terwujud. Sebagai sebuah keluarga, maka yang harus ditanamkan
sejak awal adalah kita adalah satu keluarga, kita diikat oleh satu ibu dan
bapak yang sama, kita dididik oleh lingkungan yang sama. Jika ini menguat dan
mengemuka manakala ada ejekan, cacian, fitnah dan rongrongan dari luar, dengan
segera kita diingatkan untuk menjadi sebuah keluarga yang utuh dan bersama-sama
menghadapi rongrongan itu. Mengapa keluarga ini bersatu? Karena mereka sudah
dikenalkan oleh orang tuanya, paman dan bibinya, bahwa ini abangmu, ini
kakakmu, ini saudaramu, ini pamanmu, ini bibimu. Kenal karena sebelumnya sudah
dikenalkan, sayang karena sebelumnya sudah didekatkan, dekat karena sebelumnya
sudah diketemukan.
Semestinya
demikianlah keadaan negeri ini, adanya jiwa yang merasa sebagai satu bangsa,
satu tanah air dan satu bahasa harus tetap dipeliahra dan di digelorakan dan
sadar bahwa dengan adanya kestabilan dalam keluarga (dan berbangsa) akan dapat
melanjutkan cita-cita dan tujuan bersama yang ingin dicapai. Bangsa yang stabil
dengan gerak yang berbeda namun sama mencapai visi akan berbeda dengan bangsa
yang tidak stabil yang hanya cek-cok dengan urusan yang
tidak semestinya dipermasalahkan.Rambut sama hitam tapi dalam hati tiada yang
tahu.
Manusia
stabilisator diperlukan dalam keluarga yang menginginkan lanjutnya pergerakan, tetapi
ternyata tidak mudah untuk menemukannya, justru yang sering ditemui adalah
manusia yang tidak menginginkan ketidakstabilan dalam keluarga tersebut. Negeri
ini butuh sosok negarawan yang tangguh, pikiran yang menyejukkan dan ide yang
merekatkan.
Kita
adalah stabilisator untuk tempat dan ruang lingkup yang berbeda. Jika tidak,
anda akan dikuasai oleh mereka yang menginginkan ketidakstabilan. Jadilah person yang
mewarnai dan bukan diwarnai.**
Komentar
Posting Komentar