Jadilah yang Terbaik dan Berikan yang Terbaik
Dua kata ini
sesungguhnya memiliki kedekatan makna yang saling terkait. Kita dianjurkan
untuk selalu berkompetisi dan saling mengungguli satu dengan lainnya. Saling
mengungguli dalam hal prestasi kebaikan dan amal. Prestasi kebaikan (fastabiqul
khairat) dan amal yang terbaik (ahsanu 'amalan) menjadi ukuran
keimanan seseorang. Semakin termotivasi untuk menjadi orang baik maka apa yang
dihidangkan adalah pasti yang terbaik. Hanya orang baik yang menyuguhkan
hidangan yang baik. Pemberian yang terbaik adalah manifestasi dari
keinginan seseorang untuk menjadi yang terbaik. Memberikan yang terbaik
merupakan perintah Tuhan (QS. 3: 92). Orang tua kita mengajarkan, berikanlah
apa yang engkau makan dan jangan engkau berikan yang engkau sendiripun tidak
mau memakannya.
Dalam
keseharian, sering kita saksikan orang yang ber ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah)
dalam berbagai bentuknya. Dalam konteks prestasi kebaikan ia telah lebih dulu
dari kita, kita kadang sering menunda-nunda untuk melakukan kebaikan, cara
berpikirnya nanti kalau sudah berkeluarga, ia tidak sadar bahwa orang yang
berkeluarga tanggung jawab dan bebannya beda dengan yang masih jomblo,
nanti saja kalau sudah punya anak satu, ia tidak sadar bahwa orang yang
sedang honey moon kondisinya beda dengan yang sudah memiliki
anak, nanti saja kalau sudah pensiun, ia tidak sadar bahwa teman-temannya
satu angkatan telah banyak yang mendahuluinya ke alam baka dan tidak sempat
menikmati pensiun, nanti saja kalau sudah ada motor, ia tidak sadar bahwa
dengan adanya motor perjalanannya bisa bertambah jauh hingga tidak sempat untuk
mengingat Tuhannya karena merasa motor bisa mengantarkannya kemana-mana, nanti
saja kalau sudah punya mobil, ia tidak sadar bahwa kendaraan yang dimilikinya
membuatnya tersita waktu untuk mengurus kendaraannya. Itulah kita, kita sering
menunda-nunda amal kebaikan hanya karena kita terlalu merasa yakin bahwa besok
kita masih akan hidup dan bernafas seperti hari sebelumnya. Padahal, malaikat
maut tidak pernah mengetuk pintu dan ber-WA untuk menjemput nyawa kita. Kita
terlalu merasa yakin bahwa esok adalah hari kita. Jangankan untuk esok, pembaca
setelah menikmati tulisan ini juga tidak tahu apakah kehidupannya masih
berlanjut atau tidak?
Jadilah yang
terbaik terkandung makna untuk terus berusaha dan belajar memahami arti hidup
dan kehidupan. Manusia unggul bukan sekedar dilihat dari berapa harta yang
dimilikinya, bukan dari berapa banyak rumah kost dan kavlingan tanahnya tetapi
sejauh mana itu bermanfaat bagi sesama.
Sejalan
dengan di atas, istilah “berikan yang terbaik” mengandung pemahaman bahwa apa
yang terbaik bagi kita itulah yang juga menjadi ukuran bagi orang lain. Inilah
yang dinyatakan dalam firman-Nya: “Kalian sekali-kali tidak akan sampai pada kebajikan
sempurna hingga menginfaqkan harta yang kalian paling cintai!”
Konsep berbagi ini sangat jelas dalam
al-Quran dan Hadits Nabi. Orang yang berinfaq diibaratkan seperti menanam
sebutir benih yang kemudian menumbuhkan tujuh tangkai dan dari tiap tangkai
menumbuhkan 100 biji (QS. 2: 261) dan seterusnya-dan seterusnya. Demikian juga
hadits yang menyebutkan doa malaikat tiap pagi yang mendoakan kebahagiaan bagi
orang yang bershadaqah dan mendoakan kepailitan bagi yang pelit. Dalam
hubungannya dengan tulisan ini, infaq dan shadaqah yang diberikan tidaklah
sekedar pemberian tanpa kualitas. Memberikan yang terbaik harus menjadi
prioritasnya. Terbaik dapat dilihat dari segi zatnya, bendanya namun terbaik
juga dari segi cara penyampaiannya. Sesuatu yang kurang baik namun dikemas
dengan cara yang menarik perhatian akan mendapat simpati siapapun dan demikian
juga sebaliknya sesuatu yang baik namun diberikan dengan dipertontonkan cara
yang kurang elok maka akan lain penerimaannya.
Jadilah yang terbaik mengajak kita untuk
memperbaiki pemahaman diri kita masing-masing sehingga dari jiwa yang baik,
kesan yang baik akan melahirkan pemberian yang baik pula. Istilah yang sering
dikemukakan Aa Gym, kopi yang ada digelas pasti berasal dari teko yang isinya
juga kopi. Tidak mungkin teko kopi mengeluarkan isi susu. Suasana hati yang
baik, jiwa yang penyantun melahirkan ucapan dan sikap yang baik pula.Oleh
karena itu saudaraku, Jadilah yang Terbaik dan Berikanlah yang Terbaik pula. **
Komentar
Posting Komentar