IMAM MALIK
Berbicara fiqih dan hadits tidak bisa lepas dari sosok Imam Malik yang merupakan anak zaman keemasan Islam. Iklim intelektual di masa Dinasti Abbasiyah banyak melahirkan ulama-ulama kenamaan dalam berbagai bidang tak terkecuali ilmu fiqih. Salah satu tokoh yang menonjol adalah pendiri mazhab Maliki ini.
Anas bin Malik (ayah Imam Malik) yang dimaksud di sini bukan Anas bin Malik sahabat Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ayahnya merupakan pekerja keras dan mandiri. Keulamaan Anas bin Malik tidak menghalanginya untuk bekerja sebagai pembuat anak panah. Ia dikenal sebagai ulama yang ahli dalam bidang hadits dan fiqih. Walaupun Ayah Imam Malik memiliki cacat fisik, tapi ia mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup mandiri tanpa bergantung kepada siapa pun, termasuk kepada pemerintah (Suwaidan, 2012: 32-34).
Imam Malik memiliki tiga orang paman yang terhormat dan
terpandang. Mereka adalah Uwais, Nafi’ dan Rubayyi’. Selain Anas, ayah Imam
Malik, mereka adalah para periwayat hadits yang meriwayatkan dari bapak mereka
sendiri, yakni Malik Abu Anas. Kakek Imam Malik adalah Malik bin ‘Amr yang
menjadi sumber hadits untuk anak-anaknya sendiri. Kakek Imam Malik termasuk
tokoh dan ulama dari kalangan Tabi’in. Abu Anas biasanya meriwayatkan hadits
dari Umar bin al-Khaththab, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan
Aisyah Ummul Mukminin (Suwaidan, 2012: 35-36).
Imam Malik sangat
menjaga persatuan dan ketentraman umat. Pada masa ini sering diadakan
perdebatan dan dialog keilmuan. Para ulama saling bertemu untuk berdebat dan
berdialog. Debat fiqih menjadi semarak pada musim haji. Abu Hanifah, misalnya,
selalu berdialog tentang masalah fiqih dengan Imam Malik. Alhasil, fiqih
menjadi lebih subur dan lebih produktif dibanding ilmu lainnya. Imam Malik
lebih memilih menghindari perdebatan ilmiah yang terselip motif saling
mengalahkan dan menyalahkan salah satu pihak. Ia menganggap debat agama jika
tidak mencari kebenaran dan kemaslahatan bersama tidak mendatangkan manfaat
apa-apa, bahkan justru bisa merusak agama dan kejernihan hati.
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/116793/imam-malik-bin-anas--pendiri-mazhab-maliki--ulama-perekat-umat
Komentar
Posting Komentar