Dunia Literasi, Dunia Islam (Refleksi Kemajuan Literasi di Era Abbasiyah)
Dunia
Literasi, Dunia Islam
(Refleksi
Kemajuan Literasi di Era Abbasiyah)
Oleh: Sholihin H. Z.*
(*Penulis
E-books: Yang Sedikit Yang Menginspirasi)
(*Guru
MAN 2 Pontianak)
Pendahuluan
Berakhirnya kekhalifahan amirul
mukminin di masa khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib maka berakhir pula periode
khulafaurrasyidin sejak diawali oleh Abu Bakar Shiddiq tahun 632 M
hingga berakhirnya pemerintahan Ali bin Abi Thalib tahun 661 M.
Ahli sejarah mencatat bahwa di
era khulafaurrasyidin yang mendekati masa berkuasa tiga puluh tahun
adalah tertatanya hubungan kemasyarakatan baik dari luar maupun dari dalam. (Dar
al-‘Ilm, 2011: 57)
Selanjutnya dengan segala
peristiwa yang terjadi di kala itu, pemerintahan Islam dipegang oleh Muawiyah
bin Abi Sufyan dengan mendirikan dinasti Umayyah. Nama Umayyah sendiri
dinisbatkan kepada Umayyah bin Khalaf yang merupakan pemimpin Quraisy dan ketua
Bani Jumah. Muawiyah bernama lengkap Muawiyah bin
Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay
bin Kilab. Dengan demikian, hubungan antara Muawiyah dan Umayyah adalah antara
cucu dan kakek. Hubungan keluarga yang masih sangat dekat.
Berkuasa
selama lebih kurang 90 tahun, akhirnya dinasti umayyah mengalami penurunan dan
digantikan oleh Bani Abbasiyah yang berkuasa hingga 500 tahun (750 – 1258
M/132-656 H). Nama Abbasiyah dilekatkan kepada paman Rasulullah yang paling
muda yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. Di era inilah Islam dan kaum muslimin
mencapai puncak kejayaannya sehingga menjadi mercusuar bagi negara-negara di
sekitarnya, menjadi sumber pengetahuan bahkan peradaban dimana ilmu pengetahuan
menjadi dasar pijakannya sehingga berbagai gerakan keilmuan berkembangan dengan
pesat dan maju.
Sesungguhnya,
maju dan jayanya Bani Abbasiyah ini sedikit banyak juga dirintis oleh kejayaan
era Bani Umayyah. Benson Bobrick dalam bukunya The Caliph’s Splendor: Islam and the West
in the Golden Age of Baghdad (2013: 18, diterj. Indi Aunullah)
menyebutkan diantara keunggulan Bani Umayyah adalah kedigdayaan pasukan laut di
Mediterania Timur yang menjaga keutuhan kerajaan. Adanya inovasi di bidang
administrasi seperti dioperasionalkannya sistem pos seperti jasa ekspress,
standardisasi pembuatan uang logam, penetapan bahasa Arab sebagai bahasa resmi
negara. Dari sisi kemasyarakatan dan sastra, menjamurnya majlis sastra, syair
dan musik. Ilmu hadit, tafsir dan sejarah dibukukan. Dari sis kebudayaan,
mazhab-mazhab filsafat dan ilmu ketuhanan dipelajari, bahkan ilmu medis
dankimia Yunani pun ikut dipelajari. Dari sisi pembangunan, masjid raya
didirikan dimana-mana. Pada pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, kota Qairawan
dirirkan Uqbanbin Nafi’ pada tahun 50 H. Didirikan pula Kubah Batu Besar yang
dibangun di al-Quds. Pembangunan Masjidil Aqshapun ikut dimulai. Dengan
demikian, dinasti Umayyah memberikan sumbangsih yang berarti untuk kemajuan
Islam berikutnya.
Dinasti
Abbasiyah
Nama
Abbasiyah dinisbatkan kepada Abbas bin Abdul Muthalib, kakak dari ayahanda Nabi
Muhammad SAW. Pencetus dinasti Abbasiyah dan khalifah pertamanya adalah Abul
Abbas Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Gelarnya adalah Abu Abbas Ash-Shaffah. (Dar al-‘Ilm, 2011: 87)
Sejak
awal berdirinya Bani Abbasiyah, dinamika politik, sosial budaya dan ekonomi
sudah nampak, kuatnya pengaruh khalifah masih bisa mengendalikan situasi yang
ada sehingga di periode awal yang merupakan periode pertama di bawah kendali
pemuka-pemuka Arab dan Persia segala persoalan masih dapat di atasi. Periode ini berlangsung antara tahun 750 –
847 M.
Sejarah
mencatat, perjalanan era kehalifahan Bani Abbasiyah terus berkembang maju
adalah adanya kebijakan dari khalifahnya yang concern dengan ilmu
pengetahuan. Politik dan ekonomi juga berkembang namun di bidang ilmu
pengetahuan terasa lebih maju dan kuat gairahnya. Di era pemerintahan Bani
Abbasiyah inilah muncul dan lahir ilmuwan-ilmuwan Muslim dan ini hampir disemua
bidang. Tentu, adanya dukungan dari pemerintah di kala itu menjadi faktor yang
tidak bisa dipinggirkan sumbangsihnya, dengan segala kekuasaannya itulah, para
khalifah yang terkenal dalam sejarah Bani Abbasiyah menjadikan ilmu pengetahuan
sebagai pilar utama kemajuan negerinya.
Ma’ruf (2011: 189) menyebutkan masa puncak kejayaan
dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudah al-Manshur yaitu al-Mahdi,
al-Hadi, Harun ar-Rasyid,al-Ma’mun, al-Mu;tashim, al-Watsiq dan al-Mutawakkil.
Tentang prestasi khalifah Bani Abbasiyah beberapa
diantaranya Abul Abbas ash-Shaffah (132 - 136 H) sebagai pendiri Dinasti
Abbasiyah yang dengan kekuasaannya menggalang berbagai kekuatan untuk kejayaan
Abbasiyah, sebagai pendiri dan periode awal Bani Abbasiyah ia mengorganisir
kekuatan yang ada untuk mengeksiskan Abbasiyah, di masa ini pula para khalifah
betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politk dan agam
sekaligus (Maruf, 2011: 187).
Selanjutnya khalifah kedua, Abu Ja’far al-Manshur (136
- 158 H), masa pemerintahan Al-Mansur merupakan masa awal perkembangan ilmu pengetahuan
yang merupakan cikal bakal perkembangan kejayaan Abbasyiah. Prestasinya yang
mendukung sepenuhnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
memunculkan ghirah dunia muslim terhadap ilmu pengetahuan sehingga berkembang
karya-karya sastra, dieranya juga ditetapkan tujuh kebijakan khalifah yang menjadi
pedoman pemerintahan Bani Abbasiyah.
Harun al-Rasyid (170 - 193 H), khalifah kelima yang
mendirikan bayt
al-hikmah
(perpustakaan terbesar di zamannya), di eranya menurut Benson Bobrick (ibid, h.
60) ditandai dengan adanya pendelegasian tugas dan pekerjaan negara seperti
kekuasaan sipilnya didelegasikan kepada seorang perdana menteri atau wazir, kekuasaan kehakimannya pada
seorang hakim atau qadhi, peran militernya pada seorang
jenderal atau amir, dan dimasa Harun al-Rasyid ini
puncak kejayaan dinasti Abbasiyah;
Dilanjutkan Al-Ma’mun al-Rasyid (198 - 218 H) yang
merupakan khalifah ketujuh, ia mendirikan lembaga penerjemah kitab dari Yunani
Kuno dan India dan menjadikan Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan di abad pertengahan;
Kemudian al-Mu’tashim (218 - 227 H) yang dengan usahanya dapat menumbuhkan
minat para pelajar muslim dan barat untuk mendalami ilmu pengetahuan. Usahanya
juga mendirikan Kota Sarra Man Ra’a yang artinya gembira orang melihatnya. Kota ini
kemudian lebih dikenal dengan kota Samarra. Kota Samarra menjadi kota metropolitan, maju dan
berkembang sesudah kota Baghdad.
Sudah disebutkan di atas, bahwa kemajuan Abbasiyah
di bidang ilmu pengetahuan mengalami masa kejayaannya ditandai dengan munculnya
ilmuwan-ilmuwan Muslim. Ahirnya ilmuwan muslim disertai karyanya yang
spektakuler, kita pasti tahu Ibnu Sina yang dikenal dengan ahli kedokterannya, Imam Ghazali dengan
tasawufnya. Dua olmuwan ini sebagai gambaran betapa majunya Islam untuk bidang
saint dan agama. Ini menandakan literasi sudah dikenal dan menjadi brand di eranya.
Sedikit tentang literasi, oleh National Institute for Literacy, literasi diartikan sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang
diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai literasi
dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna
bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam
lingkungan tertentu.
Karya-karya yang
dihasilkan oleh ilmuwan menunjukkan begitu tingginya semangat keilmuan dikala
itu dan ini harus menjadi spirit kita di zaman ini untuk menampilkan kembali geliat
keilmuan. Sejarah di era ini membuktikan bahwa kejayaan satu bangsa dapat
diraih dengan memprioritaskan ilmu pengetahuan sebagai pijakannya, dunia
literasi adalah salah satunya.
1.
Imam Malik
Mālik ibn Anas bin Malik bin 'Āmr al-Asbahi atau Malik bin Anas, lahir di, dan meninggal pada tahun 800M / 179H. Ia
adalah pakar ilmu fikih dan hadis, serta pendiri mazhab Maliki. Beliau
berumur hampir 90 tahun. Beliau dilahirkan
di masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik ibn Marwan dan meninggal di masa
khalifah Al Rasyid di Madinah.
Dalam melahirkan produk hukum Islam, Imam Malik banyak berpegang kepada
Sunnah Nabi dan sunnah sahabat. Jika terjadi perbedaan ia berpegang pada
tradisi yang berlaku pada masyarakat Madinah.
Karya beliau diantaranya al muwatta’, kitab
‘aqdiyah, kitab nujum, hisab madar al zaman, manazil al qamar, kitab tafsir
gharib al quran, ahkam al quran, al muwadanah al kubra.
2. Imam Syafi’i
Imam Syafi’i lahir tahun 105 H di
sebuah bandar yang bernama Ghizah di Palestina. Beliau adalah seorang yang
memilki semangat keilmuan yang sangat tinggi dan menempatkannya sebagai fuqaha
pada tingkatan yang paling tinggi. Satu tradisi kelimuan beliau –sebagaimana
ulama lainnya- adalah banyak mengembara dalam menimba ilmu.
Beliau pernah berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab
Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam.
Prinsip-prinsip hukum beliau
tersebar dalam karyanya terutama ar-Risalah dan al-Umm yang mengantarkannya
sebagai seorang master architect
jurisprudence
(Gibtiyah, 2016: 46). Beliau meninggal di Fustat, Mesir pada tahun 204 H.
3. Imam Hambali
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al
Baghdadi. Lahir di Baghdad tahun 780 M.
Tentang keadaannya, Imam Syafi’i
pernah berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan
hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al
Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam
dalam Sunnah”.
Kitab terkenal yang ditulis oleh Imam Ahmad adalah Al-Musnad
Al-Kabir--ensiklopedia hadis--yang sangat monumental, kitab ini memuat tak
kurang dari 27 ribu hadis. Ini merupakan karya masterpiece sang Imam dan
penelitian hadis yang dinilai terbaik. Ia juga dikenal sebagai ahli dalam
urusan bahasa dan sastra. Ia sangat berjasa dalam pengembangan bahasa Arab.
4. Imam Ghazali
Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat
Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan
manusia. Ia lahir dengan nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad
pada tahun 450 H/1059 M di Thus daerah Khurasan dan meninggal tahun 505 H/1111
M.
Sebagai
seorang ulama, banyak karyanya dapat dinikmati hingga saat ini bahkan ada yang
menjadikan kitabnya sebagai rujukan wajib di kalangan tertentu. Karya-karya
tulis Imam Ghazali meliputi berbagai bidang keislaman, kalam, fikih, filsafat
dan tasawuf. Ia juga menghimpun akuda, syariat dan akhlak dalam suatu
sistematika intensif dan berkesinambungan. Kitab Imam Ghazalilainnya adalah al-Arba’in,
Bidayatul Hidayah wal Maakhidzil fil Khilafiyyat, Tahsinul Maakhidz, al Munqidz mindh Dholal, al-Lubabul Muntakhal,
Syifaul Ghalil fi Bayani Masalikit Ta’lil, al-Iqtishad fil I’tiqad, Misykatul
Anwar, Bayanu Fadhaihil Imamiyah, Kitabu Asrari Mu’amalatiddin dan masih banyak
lainnya.
Banyaknya karya tulis Imam Ghazali menunjukkan ia
memiliki perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan yang kemudian
dituangkan dalam bentuk kitab-kitab yang hingga saat ini masih bisa dijadikan
referensi keilmuan.
5. Al-Faraby
Nama lengkapnya Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi
(870-950). Dia lahir di Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama lain Abu
Nasir al-Farabi (dalam beberapa sumber dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi). Di dunia barat dikenal sebagai
Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.
Al Farabi dikenal karena kemampuannya di berbagai bidang. Antara
lain matematika, filsafat, pengobatan, ilmu alam, teologi, dan musik. Di bidang
filsafat, dia merupakan filsuf Islam pertama yang berhasil mempertalikan serta
menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam. Sehingga, bisa
dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.
Di bidang musik, dialah penemu not musik. Temuan ini ia tulis
dalam kitab al-Musiq al-Kabir (Buku Besar tentang Musik). Menurutnya,
musik dapat menciptakan perasaan tenang dan nyaman. Musik juga mampu
mempengaruhi moral, mengendalikan emosi, mengembangkan spiritualitas, dan
menyembuhkan penyakit seperti gangguan psikosomatik. Karena itu musik bisa
menjadi alat terapi.
6. Al-Khawarizmi
Abu
Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi adalah nama lengkapnya. Nama
belakangnya merujuk pada tempat kelahirannya yaitu Khawarizm (sekarang salah
satu provinsi di Uzbekistan). Al-Khawarizmi merupakan seorang ahli matematika,
ahli astronomi dan ahli geografi. Hasil pemikirannya yang logis dan sistematis
memberikan kontribusi pada ilmu-ilmu tersebut di zamannya. Terutama dalam bidang matematika, ia mungkin merupakan
satu dari matematikawan besar yang pernah hidup. Faktanya, ia menemukan
beberapa cabang serta konsep dasar matematika.
Salah
satu karya besarnya adalah al-Kitab al Mukhtashar fi Hisab al Jabr wal
Muqabala. Kitab ini berisikan analisis sistematik dari persamaan linear dan
kuadrat dan dunia mengakuinya sebagai penemu al-jabar. Dalam kitab ini
diberikan penyelesaian persamaan liear dan kuadrat dengan menyederhanakan
persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar.
Demikian juga ilmu aritmatikanya merupakan hasil sintesis dari
pengetahuan Sanskerta dan Yunani serta hasil kontribusinya sendiri sebagai dasar
yang penting bagi matematika dan ilmu pengetahuan. Ia menjelaskan kegunaan dari
angka nol, sebuah angka yang penting dikembangkan bangsa Arab. Selain
itu ia mengembangkan sistem desimal, sehingga secara keseluruhan sistem angka,
hasil dari difusi angka India ke dalam per-angka-an timur tengah. Buku ini
kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin, algoritmi de numero Indorum
sehingga lahirlah ilmu algoritma.
7. Ibnu Sina
Ibnu Sina merupakan dokter yang karya-karyanya menjadi rujukan dokter di
dunia. Biasa dipanggil Avicenna. Lahir di Uzbekistan
pada 370 H/ 980 M dan meninggal dunia di Iran pada tahun 1037 M. Selain
dibidang kedokteran, Ibnu Sina dikenal juga sebagai ahli di bidang fiqh, matematika,
logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Pada usia 18
tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan.
Salah
satu bukunya yang terkenal adalah Qanun fi Thib (The Canon of Medicine).
Buku ini jadi panduan di bidang kedokteran selama ratusan tahun. Karena
keahliannya, Ibnu Sina oleh banyak orang disebut sebagai “Bapak Kedokteran
Modern”. Karya beliau lainnya adalah Kitab al-Shifa (Buku Penyembuhan).
Dua
buku ini (Qanun fi Thib dan Kitab al-Shifa) menjadi warisan
penting bagi dunia kedokteran di Timur maupun Barat.
8.
Imam al-Bukhari
Tanggal
13 Syawal 194 H adalah kelahiran imam besar dalam bidang hadis di Bukhara,
sebuah daerah di tepi Sungai Jihun, Uzbekistan. Abu Abdullah Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari atau yang terkenal
dengan sebutan Imam al-Bukhari.
Imam
Bukhari disebut memiliki lebih dari seribu guru. Ia sendiri pernah berujar
bahwa kitab fenomenalnya, Jami'as as-Sahih, dikumpulkan dari menemui
lebih dari 1.080 guru pakar hadis. Imam Bukhari terkenal gigih dalam memburu
sebuah hadis.
Perjalanan
panjang itu akhirnya membuat sang Imam dapat mengumpulkan sedikitnya 600 ribu
hadis. Dari angka tersebut, 300 ribu di antaranya dihafal. Hadis-hadis yang
dihafal itu terdiri dari 200 ribu hadis tidak sahih dan 100 ribu hadis sahih.
Selain
Jami'as as-Sahih, Imam Bukhari juga menulis kitab-kitab lain seperti Tarikh
as-Sagir, Asami as-Sahabah, al-Kuna, dan al-'Illal yang kesemuanya
membahas tentang hadis.
9. Al-Kindi
Al-Kindi memiliki nama lengkap Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak Al-
Kindi. Di dunia Barat ia dikenal dengan sebutan al-Kindus. Al-Kindi lahir pada
809 M di Kufah (sekarang Arab Saudi) dari keturunan suku Kindah, Arab Selatan.
Selain sebagai filsuf muslim pertama, Al-Kindi juga dikenal sebagai bapak
pelopor berbagai ilmu pengetahuan.
Karya al-Kindi yang sangat terkenal antara lain di bidang studi
metafisika yakni Fi al Falsafa al Ula (Filsafat
Pertama). Karyanya yang lain adalah Fi Wahdaniya Allah wa Tunahiy Jirm
al-Alam (Kesatuan Tuhan dan Terbatasnya Dunia) dan Fi Kammiya Kutub Aristutalis
wa Ma Yahtaj Ilahi fi Tahsil al-Falsafa (Kuantitas Buku Aristoteles dan
yang Diperlukan untuk Memperoleh Filsafat). Empat
volume buku juga tentang penggunaan angka India beliau susun dengan judul On
the Use of the Indian Numerals (Ketab fi Isti'mal al-'Adad al-Hindi). Karya ini
memberikan kontribusi besar terhadap difusi sistem penomoran India di Timur
Tengah dan Barat.
10. Imam Muslim
Imam
Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H/821 H. Beliau bernama lengkap
Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Ward bin Kusyad al-Qusyairi an-Naisaburi.
Ayahnya mendidiknya dengan semangat kesalehan dan cinta ilmu yang ia miliki. Imam Muslim memiliki guru yang banyak dengan jumlahnya mencapai
120 orang.
Imam Muslim meninggalkan banyak karya tulis, ilmu yang luas, yang
tak layak disia-siakan. Dari sekian banyak karya beliau, ada yang masih ada
hingga sekarang. Ada pula yang telah hilang. Di antara karya tulis beliau
adalah Ash Shahih (kitab yang paling masyhur), Imam
Muslim menghabiskan waktu15 tahun untuk menyusun kitab Shahih-nya.; at Tamyiz; Kitab Amr bin Syu’aib; Al-Intifa’ bi Uhubi
as-Siba’; Masyayikh ats-Tsauri; Man Laysa Lahu Illa Rawin Wa Ahadin; Awlad
ash-Shahabah; Awham al Muhadditsin; Ath-Thabaqat dan Afrad
asy-Syamiyyin.
11. Umar al-Khayyam
Al-Khayyam merupakan seorang berkebangsaan Persia dan
dilahirkan di Nesapor, Iran. Mengenai tanggal lahirnya, ada banyak sumber yang
menyebutkan pendapat berbeda. Sejumlah sumber mengatakan Al-Khayyam lahir tahun
440 H (1048 M).
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Fath Ghiyats Ad-Din Umar bin Ibrahim
Al-Khayyam An-Naisaburi. Al-Khayyam atau Al-Khayyami adalah nama panggilannya
ketika masih muda. Karena pada saat masih muda, ia pernah bekerja sebagai
tukang pembuat tenda. Khayyam sendiri artinya pembuat tenda.
Al-Khayyam
adalah seorang penyair muslim yang besar. Karyanya yang paling fenomenal
adalah “Ruba’iyyat
Al-Khayyam” atau yang disebut syair empat baris Al-Khayyam.
Ternyata, ia juga memiliki kehalian sebagaiseorang matematikawan dan astronomi.
Ada
banyak kontribusi besar yang sudah diberikan Al-Khayyam di bidang matematika.
Ia berhasil menyelesaikan 13 macam dari berbagai macam persamaan aljabar.
12. Ibnu Rusyd
Ibnu
Rusyd bernama lengkap Abdul Walib bin Muhammad bin Ahmad bin Rusyd di Kordoba,
Spanyol. Ia dibesarkan dalam keluarga yang teguh menegakkan agama dan
berpengetahuan luas. Ibnu Rusyd belajar matematika, astronomi, filsafat dan
kedokteran kepada ilmuwan kala itu. Di duia Barat ia dikenal dengan nama
Averroes, karya tulisnya yang terkenal, al-Kulliyat, telah diterjemahkan
dalam berbagai bahasa. Pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd sangat berpengaruh di
negara-negara Eropa, dan banyak dijaki dtingkat universitas. Keilmuan yang
dimiliki Ibnu Rusyd adalah bidang filsafat dan kedokteran.
13. Ibnu Maskawaih
Nama
lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub bin Maskawaih. Lahir
tahun 941 - 1030 M. Ia seorang ahli
sejarah, filsafat dan ahli kimia, penyair juga menjadi julukannya. Ibnu
Maskawaih seorang penulis produktif, karyanya antara lain Tartib as-Sa’adah,
Tahzib al-Akhlaq, al-Fauz al Kabir/al-Asghar, Tajaribul Umam,
14. Abu Hasan al-Asy’ari
Nama lengkapnya adalah Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari, lahir tahun
260 H/873 M. Sebagian besar hidupnya di Baghdad. Beliau seorang penulis
produktif, sedikitnya 90 karya beliau hasilkan dalam berbagai disiplin ilmu.
Dari puluhan kitab tersebut, tiga diantaranya yang terkenal adalah Maqalat
al-Islamiyyin; Al-Ibanah ‘an Ushuliddiniyyah dan al-Luma.
15. Ibnu Jarir ath-Thabary
Dilahirkan di Thabaristan tahun 224 H dengan nama lengkap Abu Ja;far
Muhammad bin Jarir bin Yazid bi Ktasir bin Ghalib al-Thabary. Sejak belia sudah
menimba ilmukeluar dari kota kelahirannya. Dikenal dengan “bapak sejarawan
Wafat di Baghdad tahun 310 H dalam usia 76 tahun.
Ilmu yang beliau kuasai adalah sejarah, ilmu qiraat, tafsir dan hadits.
Adapun karya tulisnya adalah kitab tafsir, kitab al-qiraat, al-‘aadadu wat
tanzil, kitab ikhtilafu al-‘ulama, tarikh ala umamu wa al-mulk, tarikh al-rijal
mina ash shahabah wa la-tabi’in, kitab ahkam syara’i al-islam dan kitab
ushuluddin.
16. Abu Zakaria al-Farra
Abu Zakaria
al-Farra lahir di Kufah tahun 144 H pada masa pemerintahan Abu Ja’far
al-Manshur. Nama lengkap beliau adalah Abu Zakaria Yahya bin Ziyad bin Abdullah
bin Manshur ad-Dailami. Karya yang beliau hasilkan adalah Alatul Kitab,
Al-Ayyamu Wa Al-Layali, Al-Baha’, al-Jam’u wa Tanbih fi Quran, Al-Hudud dan Fakhir fil
Amtsal
Penutup
Membaca sejarah kejayaan Islam
di atas (era Umayyah dan Abbasiyah) mengantarkan kita pada begitu cemerlang dan
jayanya Islam di kala itu. Turunan sejarah yang dimulai di era Rasulullah SAW
(era aktifnya wahyu turun) sebagai inspirator kejayaan Islam dan spirit
kemajuan Islam yang kemudian dilanjutkan peletakkan dasar nilai-nilai
bermasyarakat, sosial dan pranata lainnya pada era Abu Bakar Shiddiq,
Umar al-Faruq, Utsman Dzun Nurain wal Hijratain dan Ali Karromallahu
Wajhah atau era khulafaurrasyidin, sejarah berlanjut kepada dua
dinasti ini. Tidak bisa dipungkiri, bahwa ilmuwan muslim dikala itu bukan
sekedar hidup untuk hidup, bukan sekedar hidup untuk mempertahankan kehidupan
tapi jauh melewati masanya, hidup harus bermakna, salah satu kebermaknaan itu
adalah banyaknya karya yang menginspirasi dunia.
Dunia literasi berupa sumbangan
dalam soal alih bahasa atau terjemahan dan
penulisan-penulisan ilmu di berbagai bidang menunjukkan bahwa
sesusugguhnya dunia literasi bukanlah dunia asing bagi umat Islam. Apapun yang
dihasilkan, sumber utama yakni al-Quran Hadits menjadi pegangan utama sehingga
apapun karya selalu mendasarkan pada tegaknya Islam dimanapun mereka berada. Di
eranya, Islam sebagai sumber peradaban dunia.
Dunia Islam adalah Dunia
Literasi dan Dunia Literasi adalah Dunia Islam.
Referensi
Benson Bobrick, diterj. Indi Aunullah, 2012, The Caliph’s Splendor:
Islam and the West in the Golden Age of Baghdad (Kejayaan Sang Khalifah
Harun Ar-Rasyid, Kemajuan Peradaban Dunia pada Zaman Keemasan Islam), Pustaka
Alvabet: Jakarta
Dar al-‘Ilm, 2011, Atlas Sejarah Islam, Kaysa Media: Jakarta
Gibtiah, 2016, Fikih Kontemporer, Prenadamedia Group: Jakarta
Ma’ruf, 2011, Sejarah Peradaban Islam, STAIN Pontianak Press:
Pontianak
Komentar
Posting Komentar