Khutbah Idul Fihtri 1 Syawal 1439 H
والله اكبر الله اكبر
ولله الحمد
َاللهُ اكبَر كَبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا, لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه, مُخلِصِينَ لَه
َاللهُ اكبَر كَبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا, لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه, مُخلِصِينَ لَه
الدّ يْن, وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون, وَلَو كرِهَ
المُنَافِقوْن, وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن, لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه, صَدَق
ُوَعْدَه, وَنَصَرَ عبْدَه, وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه, لاالهَ
اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُ وَِللهِ الحَمْد
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ،
الحمد لله الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ
الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا
سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا،
وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَا بَعْدُ
الله اكبر… الله اكبر…
الله اكبر… لااله الاالله
والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Kaum Muslimin,
Jamaah Sholat Idil Fithri Rahimakumullah
Tiada kata yang pantas untuk mengawali setiap ucapan
kita selain hendaknya kita senantiasa memuji dan memuja Allah SWT. Senantiasa
bersyukur dengan sepenuh hati atas berbagai nikmat yang diberikan-Nya kepada
kita. Salah
satu alasan mengapa kita harus bersyukur adalah karena kita masih diizinkan
Allah Ta’ala untuk menyelesaikan Ramadhan pada tahun ini dan duduk bersama di
pagi ini, berzikir bersama, dengan harapan semoga Allah SWT menerima tarawih
kita, tadarrus dan zikir kita, zakat fitrah dan zakat mal kita dan Allah masih
mengizinkan kita untuk menemui Ramadhan tahun yang akan datang. AYR.
Coba
kita renungkan, berapa banyak saudara2 kita, orang2 yang kita cintai, orang2
yang kita kasihi yang hari ini tidak bisa bersama-sama kita tuk selamanya,
Allah Ta’ala berkehendak lain, Ia telah menjemput makhluk-Nya yang
mudah-mudahan akhirnya dalam keadaan husnul khatimah.
Sebagai bentuk wujud penghambaan diri kita, mari kita
tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT dengan senantiasa berzikir,
berfikir dan memperbanyak amal shaleh kita. Semoga Allah SWT menerima amaliah
Ramadhan kita tahun ini dengan
ucapan taqabbalallahu minna wa minkum, allahumma taqobbal ya
kariem.
Sholawat
dan taslim teriring semoga senantiasa tercurah kepada junjungan
alam, penuntun manusia menjalani kehidupan dengan akhlaknya yang mulia,
Muhammadur Rasulullah SAW, semoga kita mendapatkan syafaatnya. Amin Ya Mujibass
Sailin.
الله اكبر… الله اكبر…
الله اكبر… لااله الاالله
والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Hari ini di seluruh nusantara, bahkan berbagai pelosok
belahan bumi ini bergema, menggelora dan membahana ucapan-ucapan takbir, tahmid
dan tahlil. Allahu Akbar 3x – Lailahaillallah Wallahu Akbar – Allahu Akbar
Walillahil Hamd.
Satu ucapan yang ringan dilidah tapi berat di mizan. Satu ucapan yang mudah diucapkan namun mampu membuka
pintu-pintu kasih sayang-Nya Allah SWT. Satu ucapan yang sederhana kedengarannya di hadapan manusia tapi
yakinlah saat ini Allah SWT membanggakan kita manusia dihadapan para
malaikat-Nya.
Saksikanlah wahai penghuni langit dan seluruh
makhluk-Ku, kata Allah, saat ini seluruh permukaan bumi sedangkan mengagungkan
dan memuliakan-Ku. Dan kita, kaum muslimin, mudah2an termasuk yang
dibanggakan Allah SWT. Luar biasa! Jika kita di dunia bangganya luar biasa jika
nama kita disebut-sebut dengan sejumlah prestasi, Subhanallah, bagaimana
jika nama-nama kita disebut-sebut Allah SWT dihadapan seluruh penghuni langit
dan penghuni bumi. Allahu Akbar 3x walillahil hamd.
Kaum Muslimin/mat Jamaah Sholat Id
Rahimakumullah
Sebulan kita melaksanakan ibadah puasa dengan suasana
yang mulai terasa bahkan sejak bulan Rajab. Lebih kurang 14 jam kita menahan
makan dan minum dan yang membatalkan puasa di siang harinya dan menghidupkan
malamnya dengan tarawih, tadarus Quran, i'tikaf dan sebagainya. Dan aktifitas
ini telah kita laksanakan sejalan dengan perjalanan usia kita, ada yang telah 20 tahun, 30 tahun, 40 bahkan ada yang mencapai 50 tahun telah melaksanakan
puasa dan amaliah Ramadhan lainnya. Jika kita muhasabah dan introspeksi diri,
sejauh mana telah mampu kita aplikasikan nilai-nilai Ramadhan, seberapa banyak
telah kita serap makna Ramadhan dan sedekat apa kita kepada Allah SWT.
Sepertinya Islam di negeri kita mengalami perkembangan
yang paradoks. Kita lihat setiap tahun kuota haji selalu kurang namun disisi
lain, Indonesia masih dicap sebagai negara dengan tingkat korupsi yang
membahayakan. Kehidupan
beragama kita mulai mengalami perubahan yang siginifikan terutama dalam hal
sholat berjamaah, masjid2 penuh dengan jamaahnya bahkan hingga waktu shubuh sekalipun, satu
pemandangan yang berbeda dengan 5 atau 10 tahun yang lalu. Tetapi gerakan2 yang
mengatasnamakan Islam, sehingga dilabeli dengan gerakan radikalisme atau
terorisme juga terasa berani menunjukkan diri. Kita sangat lemah dalam memaknai
gerakan sholat
yang didalamnya terkandung makna ajakan untuk selalu berjamaah dan peduli siapa
yang ada di kanan dan kiri kita. Kita giat berpuasa tapi lemah dalam mentransfer nilai-nilai puasa dalam keseharian. Semangat
berhaji dan umrah selalu bertambah namun nilai-nilai dan maknanya seakan tidak
berbekas saat kembali ke tanah air? Mengapa
demikian? Jawabannya adalah karena kita baru sebatas melaksanakan ajaran agama
secara formal,
kita baru sebatas melaksanakan perintah tanpa memaknainya.
Menurut
Prof. Dr. Azyumardi Azra, hal ini disebabkan sebagian kita masih dangkal dalam
memahami Islam, Islam hanya dipahami sebagai ajaran yang kaku dan keras, Islam
hanya dipahami secara skriptualisme, Islam hanya dilihat secara white and
black. Akibat salah dalam memahami Islam ini adalah mudah menyudutkan dan
mendiskreditkan kelompok lain yang tidak satu akidah bahkan tidak sedikit yang
mudah memvonis meskipun masih dalam satu keyakinan.
Saudaraku!
Bagaimana kita memposisikan diri kita masing2? Allah SWT dalam firman-Nya QS.
al-Anfal/8: 1 menyatakan:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأَنفَالِ قُلِ
الأَنفَالُ لِلّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُواْ اللّهَ وَأَصْلِحُواْ ذَاتَ
بِيْنِكُمْ وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ -١-
“Mereka menanyakan kepadamu tentang
(pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang
kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan
perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman."
Kalimat yang
perlu digaris bawahi adalah:
فَاتَّقُواْ
اللّهَ وَأَصْلِحُواْ ذَاتَ بِيْنِكُمْ
Yang bermakna
antara perintah “bertakwa” dengan perintah “damaikanlah” atau “perbaikilah”
berada dalam satu garis ayat bahkan satu tarikan nafas. Prof. Dr. Nasaruddin
Umar memaknai ayat ini bahwa tidak ada takwa apabila kita diam saja melihat
pertikaian di antara sesama, Takwa harus berbuah kepedulian kepada kondisi di
sekitar kita. Jadi orang yang mengaku bertakwa haruslah berusaha menjadi mediator
dalam situasi konflik atau perselisihan di tengah masyarakat.
Kaum Muslimin!
Setidaknya tiga
klafisikasi umat kita dalam menerima kedatangan
Ramadhan. Pertama, mereka yang gembira dengan datangnya Ramadhan sebagai syahrul maghfirah (bulan
ampunan), syahrul quran (bulan diturunkannya Al-Quran), syahrush shiyam
(bulan
pengendalian) dan sebagainya. Kelompok ini gembira dengan hadirnya Ramadhan dan sedih dengan
berakhirnya Ramadhan dengan satu pertanyaan: masihkah kita menemui Ramadhan
tahun yang akan datang, atau jangan-jangan ini Ramadhan terakhir.
Kedua, golongan yang biasa-biasa saja, artinya mau
Ramadhan atau tidak, bulan ampunan atau tidak, bagi kelompok ini tidak
memberikan pengaruh, tapi sebenarnya kelompok ini adalah rugi, rugi 24 jam,
rugi umur bertambah, rugi amalannya tidak ada penambahan sementara waktu yang
terus berjalan dan setiap langkah kita, kata Sayyidina Ali kw adalah langkah menujuk kematian. Bertambah umur
berarti mendekati kematian. Dan bekal yang paling baik ketika menuju
peristirahatan terakhir adalah amal shaleh, dan salah satunya adalah
melaksanakan puasa Ramadhan.
Ketiga, kelompok yang merasa tersiksa dengan datangnya
Ramadhan, menurut kelompok ini, Ramadhan membuat mereka gerah dan resah, makan
dan minum tidak bisa sembarangan, merokok dan aktifitas keseharian lainnya.
Untuk kelompok kedua dan ketiga ini, khatib
mengingatkan lewat firman Allah SWT:
وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ
تُحْصُوْهَا
Artinya: “Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.”
(QS. An-Nahl/16: 18).
¢OèO
£`è=t«ó¡çFs9
>ͳtBöqt
Ç`tã ÉOÏè¨Z9$#
ÇÑÈ
Artinya
: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang
kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. at-Takatsur/102 :8)
Bagaimana
kita seharus memahami Ramadhan untuk kita aplikasikan dalam 11 bulan pasca
Ramadhan?
Setidaknya ada tiga pendidikan puasa yang dapat kita
petik:
Ø
Puasa membiasakan kita untuk melakukan sesuatu dengan benar dan bukan
membenarkan sebuah kebiasaan. Makan dan minum dengan teratur, Bangun sebelum
shubuh untuk sahur, dekat dengan Quran dan anak-anak yatim dan mengeluarkan
zakat fitrah atau mal adalah amaliah yang benar yang harus dibiasakan. Bukan
sebaliknya membenarkan sebuah kebiasaan yang sebenarnya tidak dibenarkan ajaran
agama. Konsumtif, mewah-mewahan dan materialistis adalah beberapa hal yang
harus dikendalikan lewat puasa Ramadhan. Puasa hakikatnya adalah
mengendalikan diri, jika ternyata di akhir Ramadhan kita tidak mampu
mengendalikan nafsu konsumtif kita, tidak bisa mengatur keinginan untuk
pemenuhan nafsu kita. Sesungguhnya kita belum digolongkan sebagai orang yang
memaknai puasa dengan sebenarnya.
Ø Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan: Jika amal ibadah
lainnya seperti sholat adalah mencegah dari
perbuatan keji dan munkar. Maka puasa yang diharapkan sudah lebih dari itu
yakni mengendalikan diri dari sesuatu yang halal di siang harinya. Makan dan
minum adalah halal di siang hari tapi manakala Ramadhan tiba ia harus
dikendalikan. Inilah, kaum muslimin, yang membedakan kita umat Islam
dengan agama-agama lain. Kita dituntut untuk mengendalikan hawa nafsudan bukan
mematikan nafsu itu sendiri.
Ø Puasa mengajarkan kepada kita untuk memulai setiap
aktifitas dengan doa. Renungkan! Apa yang kita lakukan pertama kali saat akan
berbuka puasa. Adalah aktifitas berdoa, maka hendaknya ini harus dapat kita
transfer dalam aktifitas lainnya dengan doa dan tawakkal kepada Allah SWT. Ini mengajarkan
kepada kita hendaknya setiap aktifitas kita hendaknya dengan doa, doa bermakna
mengikut sertakan Allah Ta’ala di dalamnya. Dalam aspek apapun, seluruh dimensi
kehidupan kita diajarkan untuk jangan lupa Allah, kita sukses, berhasil dan
pada posisi top leader bukan semata karena kita pintar atau kepandaian
dalam melobi tetapi renungkanlah bahwa disitu ada campur tangan Allah.
Allahu Akbar3x,
Walillahil Hamd
Bahwa keberhasilan madrasah Ramadhan bukan saat Ramadhan
itu berlangsung, ibarat sebuah proses pembelajaran di sekolah dan madrasah atau
pelatihan dan penataran. Segala
sesuatunya harus di atur dan dijadualkan, kapan waktu masuk kelas, kapan waktu
istirahat, kapan waktu makan dan minum, apa yang harus dibaca, pakaian apa yang
harus dikenakan dan sebagainya. Jika saat pelatihan semuanya berjalan normal
dan mematuhi aturan, tentulah sudah seharusnya dan semestinya. Tapi
keberhasilan didikan Ramadhan bukan nampak saat bulan Ramadhan tapi akan
kelihatan bekasnya dan saat pasca Ramadhan. Pada 11 bulan sesudah Ramadhan.
Masihkah kita tadarus Quran sebagaimana di bulan Ramadhan; masihkah kita
memakmurkan masjid dan surau sebagaimana kita giatkan dengan Isya, Tarawih dan
Witir. Masihkah kita gemar bershadaqah dan menyisihkan harta kita setidaknya
2,5 % setiap mendapatkan honor, gaji dan upah?
Sekali lagi, didikan dan tempaan Ramadhan baru akan
kelihatan setelah Ramadhan berakhir, bagaimana pada 11 bulan pasca Ramadhan.
Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk dapat mendawamkan dan
melestarikan nilai-nilai Ramadhan hingga bertemu pada Ramadhan tahun yang akan
datang.
الله اكبر… الله اكبر…
الله اكبر… لااله الاالله
والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Saudaraku....
Mari kita renungkan firman Allah SWT dalam QS. Thaha/20: 124-126:
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta".
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".
Demikian khutbah yang dapat khatib
sampaikan, semoga ada manfaatnya.
جَعَلَنَا
اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلاَمِنِيْنَ - وَاَدْخَلَناَ وَاِيَّا كُمْ فِىْ عِبَادِهِ
الصَّالِحِيْنَ
وَقُلْ
رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
KHUTBAH II
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ
اَلْحَمْدُ اِللهِ الَّذِىْ خَلَقَ آدَمَ مِنْ طِيْنِ، وَجَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلاَلَةٍ مِنْ مَاءٍ مُهِيْنٍ، فَسَمَهُمْ بِعِلْمِهِ إِلَى أَصْحَابِ شِمَالٍ وَأَصْحَابِ يَمِيْنٍ،
اَلْحَمْدُ اِللهِ الَّذِىْ خَلَقَ آدَمَ مِنْ طِيْنِ، وَجَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلاَلَةٍ مِنْ مَاءٍ مُهِيْنٍ، فَسَمَهُمْ بِعِلْمِهِ إِلَى أَصْحَابِ شِمَالٍ وَأَصْحَابِ يَمِيْنٍ،
اَشْهَدُ اَنْ لَااِلٰهَ اِلّا اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَ عَلَى
اٰلِهِ وَاَصْحٰبِهِ اَجْمَعِينَ.
اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَاللهِ اُوْصِيكُمْ وَنفْسِي
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ.
Sejenak mari kita menenangkan diri kita kembali,
bermunajat dan memohon kepada Sang Pencipta, Zat yang menguasai diri kita,
menguasai makhluk dan alam semesta ini. Allah Qadhi Rabbul Jalil. Semoga Allah
SWT mengijabah doa kita. Amin.
Allahummagh fir lil muslimin ..
Allahumma a'inna 'ala zikrika ...
Duhai Allah yang Maha pengasih, yang Maha Lembut…kami tidak pernah sanggup menghitung karunia-Mu kepada kami, seperti kami tidak pernah sanggup menghitung
berapa banyak kedurhakaan kami kepada-Mu.
Seharusnya kami patuh pada perintahMu, tapi kami lebih sering durhaka.
Seharusnya kami jauhi larangan-Mu, tapi kami
lebih sering mengikuti hawa nafsu kami…
Duhai Allah yang Maha Pengampun, tidak ada yang mampu
mengampuni dan menutupi semua dosa kami selain Engkau. Engkaulah Penguasa
segalanya. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa yang berserakan di sepanjang
hidup kami…Ampuni kelalaian kami dalam mengingatMu…Ya Allah.
Duhai Allah yang Maha Melihat, yang Maha
Mendengar…hari ini, untuk kesekian kalinya kami menundukkan jiwa kami dan
mengakui betapa seringnya kami durhaka kepada kedua orang tua kami. Tidak
jarang kami membantah dan berbicara tidak pantas kepada mereka…Betapa seringnya
kami mengabaikan keperluan mereka…Betapa kami lebih mengutamakan teman dan
kolega kami daripada urusan mereka. Kami seringkali lupa bahwa mereka-lah pintu
kami memasuki Surga-Mu, ya Allah. Merekalah yang menjadi asbab adanya kami di
dunia ini Ya Allah. Bagi orang tua kami yang telah meninggal, lapangkanlah
kuburan mereka, terimalah amal ibadahnya, tempatkanlah kedudukannya disisi
Engkau ya Robbul 'Izzati.
Bagi kedua orang tua kami yang masih hidup berikan
kekuatan kepada kami dan kepada keduanya untuk beramal shaleh …Ya Allah, izinkan
kami untuk berbakti sebaik mungkin kepada mereka hingga kehidupan kami berakhir
di dunia ini…
Ya Allah, betapa kami sibuk dengan pekerjaan kami
masing-masing sementara orang tua kami merasa kesepian karena ditinggalkan oleh
putra/i nya. Betapa sewaktu bayi,
sewaktu bayi, entah berapa kali kami mengganggu tidur ayah dan ibu kami yang mungkin sangat kelelahan setelah bekerja memenuhi
kebutuhan kami. Tapi ketika kami dewasa ya Rob, betapa pembangkangan demi
pembangkangan kami berikan kepada ayah ibu kami. Betapa mereka hanya bisa
mengelus dada karena teman-teman kami di luar sana lebih berarti dari mereka ya
Allah.
Ya Allah, ijinkan kami untuk menatap wajah ayah dan
ibu kami dengan kasih sayang sebagaimana yang mereka berikan kepada kami.
Maafkan kami ayah bunda, Allah masih memberikan ijin kepada kami untuk menicum
tanganmu dan mengusap pipimu sebagai bentuk terkecil
ta'zhim kami. Dan ijinkan kami melantunkan doa untuk mereka yang telah lebih
dulu memenuhi panggilan-Mu ya Rob.
Ya Allah Ya Rob, di sana ... saudara-saudara kami di Palestina, Syuriah, dan saudara seakidah dan seagama dengan kami sedang
menjadi bulan-bulanan dan bahan olok2-an,
hinaan dan sasaran tembakan dari makhlukmu yang tidak lagi berperi kemanusiaan.
Jika kami di sini berpuasa, tarawih dan merayakan Idul
Fihtri dengan tenang, nun disana saudara-saudara kami melaksanakan ibadahnya di
bawah dentuman meriam dan rudal, dibawah desingan peluru dan dibawah ancaman
dan tekanan.
Ya Rob ... berikan kekuatan kepada kami dan kepada
saudara-saudara kami disana dan turunkan pertolonganmu sebagaimana yang engkau
berikan kepada pejuang-pejuang Islam dalam perang
Badar.
Ya Allah,
Selamatkanlah negeri kami, selamatkan provinsi kami, selamatkanlah kota kami
dari bala bencana dan fitnah yang diakibatkan orang-orang yang ingin memecah
persatuan dan kesatuan kami. Berikanlah kepada pemimpin2 yang Engkau cintai dan
yang mencintai-Mu. Hadirkanlah pengelola negeri ini yang selalu ruku’ dan sujud
pada-Mu.
Ya Allah... kami
butuh pertolongan-Mu. Engkaulah Yang Maha Berkuasa atas makhluq-Mu.
Komentar
Posting Komentar